Elis, mantan karyawan hotel di Pekanbaru, sukses membangun usaha kripik singkong dari teras rumahnya. Sempat gagal, ia terus belajar hingga berhasil memproduksi kripik renyah bermerek Aira. Kini, usahanya menghasilkan omzet Rp 15 juta per bulan, produknya sampai ke Malaysia hingga Belanda.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Aktivitas di teras rumah tipe 36 di Jalan Suka Karya, Perumahan Asta Karya, Tuah Karya, Kecamatan Tuah Madani, Kota Pekanbaru, terlihat sibuk, Rabu (23/4/2025).
Teras itu dipenuhi jejeran rak kayu berisi kemasan kripik singkong yang telah tertata rapi. Di sudut lain, kuali bekas penggorengan ubi masih tergeletak, berdampingan dengan alat perekat plastik dan pengaduk bumbu stainless steel yang tersambung ke dinamo.
Di tempat sederhana itulah, tangan Yukhonis—akrab disapa Ibu Elis—bergerak cekatan memasukkan kripik singkong yang baru saja digoreng dan dibumbui ke dalam kemasan plastik.
Wanita berusia 49 tahun ini dulunya adalah seorang karyawan hotel di Pekanbaru. Namun, pada 2013, ia memutuskan untuk resign demi fokus membesarkan keempat anaknya.
Tak ingin hanya berdiam diri, Elis mulai mencoba membuka usaha kecil-kecilan. Ia pernah menjual bakpia dan getuk goreng, namun sayang tak membuahkan hasil.
Hingga suatu hari, kakaknya menyarankan agar ia mencoba membuat kripik singkong, terinspirasi dari harga singkong yang saat itu sangat murah—hanya Rp1.500 per kilo.
Namun, merintis usaha tidak semudah membalikkan telapak tangan. Di awal percobaan, hasil kripiknya gagal total—lembek, tidak kering, dan hanya bertahan satu malam.
Tapi Elis tidak menyerah. Ia terus mencoba, mencari masukan dari orang-orang, hingga akhirnya, setahun kemudian, ia menemukan formula kripik singkong yang renyah, gurih, dan tahan lama.
Kini, produksi harian kripik singkong Aira—nama merek yang ia usung—telah mencapai 70 kilogram per hari.
Ia tidak bekerja sendiri, sang suami, Irfan Masri, turut membantu dalam proses produksi. Saat permintaan membludak, Elis bahkan melibatkan tetangga sekitar. Ada yang bertugas menyerut singkong, ada yang membantu pengemasan dan menggoreng.
Berkat kerja kerasnya, Elis kini bisa meraup omzet hingga Rp 15 juta per bulan. Rumah mungil tipe 36 miliknya pun telah direnovasi total—seluruhnya berlantai keramik dan bahkan sudah dipersiapkan untuk dibangun dua lantai.
Lebih dari sekadar menopang ekonomi keluarga, usaha ini juga membiayai pendidikan keempat anak Elis. Dua di antaranya kini tengah menempuh pendidikan tinggi di Universitas Andalas dan Universitas Riau.
Untuk pemasaran, kripik singkong Aira banyak diambil oleh para reseller dan juga dititipkan di toko serta rumah makan. Selain itu, produk ini juga dipromosikan oleh anggota keluarga Elis.