Ribuan orang tersebut juga mengutuk Israel bersama sekutunya yang sudah menyerang negaranya.
“Death of Israel! (Kematian Israel)” seru warga Iran yang berunjuk rasa berulang kali, Minggu.
“Heydar! Kami adalah pemimpin tentara, kami siap untuk berperang!,” sambungnya.
Salah seorang perempuan yang mengikuti aksi unjuk rasa di Teheran, menyebut bahwa perbuatan yang dilakukan AS kala membantu Israel sangatlah tidak terlupakan.
“Apa yang mereka (Amerika) lakukan sungguh tak terlupakan, dan mereka seharusnya tidak berpikir bahwa mereka dapat merugikan negara kita dengan melakukan hal ini. Iran lebih kuat dari yang mereka,” ujar wanita berjilbab hitam tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa tidak akan ada jalan kembali ke jalur diplomasi sampai Iran membalas serangan brutal tersebut.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dalam pidato yang disiarkan televisi, menyebut serangan kepada asset nuklir Iran sebagai "keberhasilan militer yang spektakuler".
Dia bahkan membanggakan bahwa fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah "dihancurkan sepenuhnya."
Bagi Trump, hal itu merupakan Isyarat untuk memberi tahu para pemimpin Iran bahwa mereka sekarang hanya memiliki memiliki dua pilihan, yakni ‘perdamaian’ atau ‘tragedi’.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan AS telah melewati garis merah besar dan memperingatkan bahwa hal itu akan memiliki konsekuensi yang kekal.
Untuk informasi, dilansir dari laman BBC.com, serangan Israel terhadap Iran yang sudah terjadi selama seminggu ke belakang, dianggap memiliki tujuan untuk menghilangkan ancaman eksistensial dari program rudal balistik dan nuklir negara Iran.
Hingga Senin (23/6/2025), Kementerian Kesehatan Iran melaporkan sedikitnya 430 orang telah tewas sejauh ini, meskipun satu kelompok hak asasi manusia telah menyebutkan jumlah korban tewas dua kali lipat dari itu.
Iran juga telah menanggapi dengan meluncurkan rudal ke kota-kota Israel, menewaskan 24 orang, menurut otoritas Israel.
Jerit Warga Iran
Dilasir dari BBC.com, salah seorang warga Iran bernama Mehri –bukan nama sebenarnya– menyebut bahwa serangan AS terhadap negaranya telah membuatnya kesal dan marah.