TRIBUNPEKANBARU.COM - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatra Bagian Tengah (UIP Sumbagteng) terus mempercepat pembangunan jaringan kelistrikan di wilayah Provinsi Riau.
Salah satu fokus utama saat ini adalah proyek penyambungan jaringan listrik kabel laut ke pulau-pulau besar di Riau, seperti Bengkalis dan Tebing Tinggi (Selatpanjang), yang selama ini belum terhubung dengan sistem kelistrikan andal.
General Manager PLN UIP Sumbagteng, Hendro Prasetyawan menegaskan pihaknya menargetkan proyek ini dapat selesai dan beroperasi pada 2027.
"Komitmen kami adalah seluruh wilayah Riau, tidak hanya di daratan utama, bisa menikmati listrik yang sama andalnya seperti di Pekanbaru. Target kami, jaringan kabel bawah laut dari Pakning ke Bengkalis, serta dari Siak ke Selatpanjang, bisa selesai 2027," ujar Hendro dalam kegiatan Editor’s Circle bersama para pemimpin redaksi media di Riau, Rabu (25/6/2025).
Menurutnya, kondisi geografis pulau-pulau tersebut yang cukup terpencil memang menantang, terutama karena potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) lokal di sana relatif kecil.
“Untuk skala komunitas mungkin ada PLTS, tapi sifatnya intermittent. Untuk sistem kelistrikan yang stabil dan andal tetap diperlukan kabel bawah laut,” tambahnya.
Proses perizinan saat ini sedang berjalan, dengan harapan pada awal tahun depan sudah bisa mulai tahap konstruksi.
Ditargetkan, proses pembangunan jaringan kabel bawah laut ini memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 tahun.
Hendro menjelaskan, masyarakat dan pemda setempat sangat mendukung proyek ini.
“Mereka sangat menantikan hadirnya listrik andal. Kami terbantu karena pemerintah daerah juga proaktif,” katanya.
TRANSISI EBT
Selain membangun jaringan listrik andal ke pulau-pulau, PLN UIP Sumbagteng juga mendorong percepatan transisi energi di wilayah kerjanya, seiring telah disahkannya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2035.
Dalam rancangan RUPTL terbaru tersebut, minimal 60 persen pembangkit listrik diarahkan ke Energi Baru Terbarukan (EBT).
Hendro mengatakan bahwa Riau memiliki potensi EBT yang sangat besar, utamanya dari tenaga surya.
“Potensi solar panel di Riau mencapai 290,4 GW, tertinggi dibandingkan jenis energi lainnya. Tantangannya adalah ketersediaan lahan dan investasi,” ujarnya.
Selain tenaga surya, potensi EBT Riau lainnya berasal dari bioenergi atau biomassa sebesar 10,4 GW, energi ombak atau wave energy sebesar 2,0 GW, serta potensi lainnya dari pembangkit tenaga air atau hydropower, angin atau wind farm, dan panas bumi atau geothermal.
Hendro menuturkan dalam jangka menengah 2–3 tahun ke depan, pihaknya akan membangun jaringan interkoneksi kelistrikan dari Riau ke Kepulauan Riau (Kepri).
"Rencana kami adalah menyambungkan jaringan kelistrikan dari Sei Pakning ke Bengkalis, lalu dari Siak ke Selatpanjang, dan diteruskan ke Karimun di Kepri. Sehingga sistem kelistrikan di wilayah Sumatra bagian tengah dapat saling mendukung lewat jaringan backbone 500 kV," paparnya.
Di tengah upaya transisi ke EBT, PLN juga tetap mengoptimalkan pembangkit eksisting berbasis fosil melalui penurunan emisi. Salah satunya dengan skema cofiring di PLTU, yaitu mengganti sebagian batubara dengan bahan biomassa seperti cangkang sawit.
“Kami terus melakukan studi agar PLTU bisa dilengkapi teknologi carbon capture storage (CCS), agar emisi karbon bisa ditangkap dan disimpan kembali ke bumi. Targetnya, hingga 99% emisi bisa dikendalikan,” ujar Hendro.
Dia juga menambahkan bahwa tren global bahkan sudah ada yang menggunakan cofiring hingga 100% tanpa batubara.
Hendro menambahkan melalui kegiatan Editor’s Circle, PLN UIP Sumbagteng mengajak insan pers di Riau untuk terus mengawal dan menyampaikan perkembangan pembangunan infrastruktur kelistrikan nasional.
“Kami mengapresiasi peran media yang selama ini telah mendukung semangat kami dalam membangun ketenagalistrikan Indonesia, khususnya di wilayah Sumatra bagian tengah.
Harapan kami, kolaborasi ini bisa mencerdaskan masyarakat dan menjadi inspirasi dalam menyukseskan Proyek Strategis Nasional (PSN) bidang energi,” pungkasnya.
(TRIBUNPEKANBARU.COM)