Meski demikian, banyak pendukung Agam di media sosial menyayangkan pembatalan donasi.
“Mereka lebih memilih mengembalikan semua uang daripada melepas potongan 20 persen. Ini membuktikan bahwa sejak awal, ini bukan tentang amal, tapi bisnis,” tulis salah satu komentar di akun Instagram VOAA.
Siapa Agam Rinjani dan kenapa terima donasi?
Agam Rinjani adalah seorang pendaki dan relawan asal Makassar yang dikenal luas setelah memimpin upaya pencarian dan evakuasi jenazah Juliana Marins, pendaki Brasil yang tewas akibat terjatuh di Gunung Rinjani.
Aksinya menarik simpati luas dari masyarakat Brasil, hingga ia dijuluki “malaikat” oleh warganet di sana.
Saat tragedi terjadi, Agam dan timnya mendaki dalam kondisi sulit dan berbahaya.
Mereka menemukan jenazah Juliana di tepi jurang 500 meter. Agam mengaku menghabiskan malam di sana sambil memegang tubuh Juliana agar tidak terjatuh lebih jauh.
“Saya belum bisa tidur sampai sekarang. Sangat sedih. Kami tidak bisa menyelamatkannya. Kami menahannya semalaman di tepi tebing. Sangat menyedihkan,” kata Agam dengan suara bergetar dalam wawancara dengan media Brasil GLOBO.
Awalnya, Agam menolak bantuan finansial. “Ia bilang bahwa ia melakukan itu dengan hati, tidak mengharapkan imbalan,” ujar Sinta Stepani, penerjemah yang menemaninya saat siaran langsung.
Namun, karena desakan dari masyarakat Brasil, ia akhirnya bersedia menerima donasi.
Agam bahkan berencana membagikan dana itu kepada rekan-rekannya yang turut serta dalam pencarian, serta menggunakannya untuk program pelestarian lingkungan seperti penanaman pohon di jalur pendakiannya.
“Dia mengatakan akan menanam pohon agar oksigen di Indonesia semakin baik,” kata Sinta.
Baca juga: KAGET, Irjen Dadang Hartanto Tiba-tiba Diminta Menghadap Presiden usai Upacara HUT Bhayangkara
Dengan lebih dari satu juta pengikut di Instagram yang ia dapat hanya dalam beberapa hari, Agam kini dikenal sebagai sosok inspiratif yang tak hanya aktif dalam dunia pendakian, tetapi juga giat mengampanyekan pelestarian alam.
“Saya melihat mereka menyebut saya malaikat di Brasil. Terima kasih, tapi saya tidak bisa menyelamatkannya. Kalian berterima kasih, tapi justru saya yang berterima kasih,” kata Agam dengan rendah hati.
Tentu saja kabar ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Bagaimana persoalan publik untuk kebutuhan umum lebih baik diproses dnegan transparan. (*)