Namun, selang beberapa detik ia langsung mengapung ke permukaan bersama ayahnya setelah melepas besi pinggiran kapal.
"Sekitar 5 detik-an naik ke atas," jelasnya.
Setelah naik ke permukaan laut, Toni melihat penumpang lainnya panik, menangis, dan menjerit meminta pertolongan.
"Saya tak begitu panik, ya pasrah, gimana lagi," urainya.
Saat awal naik ke permukaan, Toni dan ayahnya yang sama-sama tak bisa berenang itu masih berpegangan.
Namun, kondisi ayahnya sudah semakin lemas.
"Kondisi bapak lemas, sempat masih hidup," jelasnya.
Tak lama, ayahnya meninggal.
Toni tetap bertahan sembari memeluk jasad ayahnya dengan satu tangan tanpa ada kapal yang melintas untuk membantu.
Ia hanya bisa pasrah mengikuti ombak dan arus sembari melihat sekeliling kemungkinan ada kapal melintas.
"Pas kejadian 1 jam 2 jam, tak ada bantuan kapal sama sekali," terangnya.
Barulah, sekitar 5 jam-an Toni yang memegangi jasad ayahnya itu ditemukan oleh nelayan yang melintas di sekitar Pantai Banyubiru, Bali.
Dia berteriak meminta tolong pada nelayan yang melintas.
"Teriak-teriak minta tolong," jelasnya.
"Saat ditemukan, kita naik kapal nelayan, bapak sudah tidak ada," ucapnya.
Tiba di daratan, Toni langsung meminta warga untuk menghubungi keluarga bahwa dirinya selamat.