"Walaupun dari atasnya (hulu) jernih, di situ sekarang tetap keruh. Mungkin karena (endapan) lumpurnya sudah tebal," katanya.
Ia mengakui endapan lumpur perlu dikeruk. Ditanya apakah sudah ada upaya meminta ororitas terkait untuk menormalisasinya, ia mengungkap sistem pengelolaan objek wisata itu.
"Tempat itu kan dikelola persukuan. Tidak ada hubungannya dengan pemerintah desa. Kalau ada koordinasi, mungkin kita akan sampaikan kepada pihak terkait," ujarnya.
Baca juga: Pemuda Pengunjung Air Terjun di Kampar Meninggal, Sempat Dikira Bercanda saat Minta Tolong
Pemuda Tenggelam di Air Terjun Pulau Simo
Sebelumnya, seorang pemuda tenggelam dan ditemukan meninggal di objek wisata air terjun tersebut, Sabtu (9/8/2025).
Sapari, seorang Kepala Dusun setempat, mengatakan, korban tenggelam tepat di genangan sungai tempat jatuhnya air terjun.
"Kejadiannya masih di tempat air terjun itu. Almarhum juga ditemukan di lokasi tenggelam," ujarnya kepada Tribunpekanbaru.com, Minggu (10/8).
Menurut dia, korban datang bertiga ke lokasi. Dari keterangan teman korban, lokasi sedang sepi saat kejadian.
Mereka berenang di sungai yang kedalamannya diperkirakan tiga meter.
Saat temannya naik ke darat, korban berenang sendiri. Saat itulah korban tenggelam ke dasar sungai.
"Teman-temannya sempat minta tolong. Tapi temannya mengira bercanda karena korban katanya suka bercanda," ujarnya.
Barulah temannya sadar jika korban benar-benar tenggelam setelah hilang dari permukaan.
Lalu teman-teman korban berteriak minta tolong.
Beberapa warga pun berdatangan setelah mengetahui informasi tersebut. Kemudian melaporkan kejadian itu ke Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Desa Tanjung Alai.
Warga melakukan pencarian. Air sangat keruh sehingga menyulitkan pencarian di dasar sungai. Jasad korban akhirnya ditemukan di dasar sungai.