TRIBUNPEKANBARU.COM - Mulai menemukan titik terang, motif penculikan dan pembunuhan Kacab Bank BUMN, Ilham Pradipta diduga terkait kerugian besar yang dialami seorang bos elite.
Ilham diduga rugikan dalang di balik penculikan.
Motif tersebut terungkap dari permintaan sosok berinisial F kepada Eras atau RW.
Eras merupakan satu dari empat penculik yang sudah ditangkap polisi.
Ia ditangkap di Bandara Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (21/8/2025).
Dia berasal dari Manggarai Timur yang berdomisili di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Informasi dari Polres Manggarai Barat, Eras bekerja sebagai penagih utang atau debt collector.
Ia menjadi pemimpin dari RS, AT dan RAH yang ditangkap di rumah Jalan Johar Baru III Nomor 42, RT 05/09, Johar Baru, Jakarta Pusat pada Kamis (21/8/2025).
Kuasa hukum Eras, Adrianus Agal menerangkan bahwa kliennya mendapat perintah menculik Ilham dari sosok berinisial F.
"E-W (Eras) ini adalah yang berperan menerima pekerjaan dari sahabatnya dengan inisial F itu. Setelah Eras menerima pekerjaan itu baru dia meminta beberapa temannya untuk ikut," katanya seperti dikutip TribunnewsBogor.com dari Kompas TV.
Menurutnya, F sendiri hanya sebagai pesuruh.
Ada sosok lain yang menjadi atasan F.
"F bukan bos. Yang pasti F memirintahkan Eras untuk mengambil upah mereka," katanya.
Sejak awal kejadian beredar isu motif penculikan Kacab Bank BUMN ini adalah karena Ilham menggagalkan pinjaman sebesar Rp 13 miliar.
Kepada Eras, F mengungkap alasan menculik Kepala Cabang Bank BUMN Mohamad Ilham Pradipta.
Menurut Adrianus, atasan F merasa dirugikan oleh Ilham.
Peran 15 Tersangka Terungkap
Meski 15 tersangka telah ditangkap, kasus ini belum sepenuhnya terurai.
Jejak digital Ilham, komunikasi internal bank, dan dugaan keterlibatan oknum aparat membuka ruang baru dalam penyidikan.
Apakah Ilham menjadi korban karena berani menolak skema korupsi? Atau ada kepentingan yang lebih besar di balik pembungkaman ini?
Namun Polda Metro Jaya telah menetapkan 15 tersangka dalam kasus ini, yang terbagi dalam empat klaster peran:
1.Aktor Intelektual (Dalang Perencanaan)
DH (Dwi Hartono) – pengusaha bimbingan belajar online, ditangkap di Solo
YJ – rekan DH dalam perencanaan, ditangkap di Solo
AA – bagian dari tim perencana, ditangkap di Solo
C alias Ken – ditangkap di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
2. Klaster Pengintai
F – diduga oknum aparat, masih dalam pendalaman
S – bertugas membuntuti korban sebelum penculikan
3. Klaster Penculik
AT – pelaku lapangan, ditangkap di Johar Baru
RS alias Eras – pelaku penculikan, ditangkap di Labuan Bajo
RAH – turut serta dalam penjemputan paksa
RW – bagian dari tim penculik, ditangkap di Jakarta Timur
4. Klaster Eksekutor dan Pembuang Jasad
M – pelaku penganiayaan
T – eksekutor yang menyebabkan kematian korban
U – membantu membuang jasad ke Bekasi
Z – bagian dari tim eksekusi
N – pelaku yang ikut dalam pembuangan jasad
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Abdul Rahim, menjelaskan bahwa para tersangka telah dibagi ke dalam empat klaster peran.
“Aktor intelektual, klaster membuntuti, klaster yang menculik, dan klaster penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan membuang korban,” jelas AKBP Abdul Rahim.
Para tersangka ditangkap di berbagai lokasi, termasuk Solo, Jakarta Utara, Johar Baru, Cawang, dan Labuan Bajo, menunjukkan bahwa aksi ini dirancang secara terorganisir lintas wilayah.
Penyidik masih mendalami motif utama dan kemungkinan keterlibatan pihak lain, termasuk aliran dana dan komunikasi internal yang belum terungkap.
Postingan terakhir Ilham Pradipta
Di tengah penyelidikan yang terus bergulir, jejak digital Ilham menjadi sorotan publik dan penyidik.
Unggahan terakhir di Instagram Story pribadinya, yang sebelumnya hanya berisi dokumentasi hobi touring motor gede, kini dibanjiri komentar doa dan harapan keadilan.
Unggahan terakhirnya pada 19 Agustus 2025, hanya sehari sebelum penculikan, menunjukkan suasana ruang rapat dengan caption singkat: “Bismillah, semoga lancar.”
Kalimat itu kini dianggap sebagai pesan terakhir yang bisa menjadi petunjuk penting.
Kanit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKP Charles Bagaisar mengungkapkan, Ilham baru saja menghadiri rapat internal sebelum disergap oleh para pelaku.
Dugaan kuat menyebutkan bahwa ia menolak permohonan kredit fiktif senilai Rp13 miliar, yang diyakini menjadi pemicu utama aksi penculikan yang berujung pada kematian tragis.
“Korban habis meeting kantor, sama teman-teman kantornya juga,” ujar AKP Charles Bagaisar saat dikonfirmasi wartawan, Jumat, 22 Agustus 2025.
Pihak keluarga pun angkat bicara. Juru bicara keluarga, Widodo Bayu Ajie, menyatakan bahwa Ilham tidak pernah mengeluhkan masalah pekerjaan kepada keluarga, termasuk kepada istrinya.
Mereka baru mengetahui adanya isu besar setelah kasus ini mencuat di media.
“Tidak (pernah cerita). Malah isunya berkembang setelah kejadian. Pada saat dimuat, berita itu kan mulai muncul ada yang menyampaikan ini itu,” ujar Widodo di Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin malam, 25 Agustus 2025
Profil dan Kronologi Lengkap Korban
Ilham Pradipta adalah lulusan Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) angkatan 2006. Ia bergabung dengan bank BUMN pada tahun 2012 dan meniti karier hingga dipercaya sebagai Kepala Cabang Pembantu (KCP) Cempaka Putih di Jakarta Pusat.
Semasa kuliah, Ilham juga dikenal sebagai penyiar radio dengan nama siar “Dipta.”
Pada Rabu, 20 Agustus 2025, Ilham terlihat berada di parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo setelah menghadiri rapat.
Rekaman CCTV menunjukkan ia berjalan menuju mobilnya sebelum disergap oleh empat orang dari mobil putih. Meski sempat melawan, Ilham kalah jumlah dan dipaksa masuk ke kendaraan pelaku.
Keesokan harinya, Kamis, 21 Agustus 2025, jasad Ilham ditemukan di semak-semak Desa Naga Sari, Kabupaten Bekasi, dalam kondisi mengenaskan: tangan dan kaki terikat, mata dilakban.
Hasil autopsi menyatakan ia meninggal akibat hantaman benda tumpul di leher dan dada, yang menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen.
( Tribunpekanbaru.com )