Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Belajar dari Clark: Kota Bisnis yang Bekerja Seperti Mimpi

Tahun ini, Filipina menjadi tuan rumah, dengan Kota Clark—atau Clark Angeles City—sebagai lokasi pertemuan.

Editor: Ariestia
Tribunpekanbaru.com/Mayonal Putra
Ir H Irving Kahar Arifin, ME, IPU, ASEAN Eng (Dewan Penasehat PII Wilayah Riau) 

Oleh: Ir H Irving Kahar Arifin, ME, IPU, ASEAN Eng (Dewan Penasehat PII Wilayah Riau)

TRIBUNPEKANBARU.COM - Pada 28 Oktober lalu, saya bersama rombongan pengurus Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat dan perwakilan dari berbagai provinsi menghadiri Conference of Engineers tingkat Asia Tenggara. Tahun ini, Filipina menjadi tuan rumah, dengan Kota Clark—atau Clark Angeles City—sebagai lokasi pertemuan.

Perjalanan saya dimulai dari Pekanbaru, transit di Singapura, lalu mendarat di Bandara Internasional Clark. Dalam hati, saya sempat bertanya-tanya, bagaimana mungkin kota yang berjarak sekitar dua jam dari Manila ini memiliki bandara besar yang setara dengan Kualanamu di Sumatera Utara? Pertanyaan itu terjawab perlahan ketika saya mengenal lebih jauh tentang Clark.

Kota ini merupakan zona pelabuhan bebas sekaligus kawasan ekonomi khusus yang berkembang pesat. Pemerintah Filipina menata Clark sebagai kota bisnis dan pariwisata modern dengan insentif pajak yang menarik bagi investor. 

Infrastruktur jalannya lebar dan rapi, gedung-gedungnya berarsitektur modern bergaya Eropa, dan keamanan publik terasa terjaga. Tak heran, Clark kini dikenal sebagai destinasi utama kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di Filipina.

Clark juga menyimpan sejarah panjang. Pada masa kolonial Amerika, wilayah ini merupakan pangkalan Angkatan Darat AS sejak 1903. Kini, jejak sejarah itu dipelihara lewat museum, taman kota, dan berbagai fasilitas publik yang tertata. 

Tak hanya itu, di sekitar kota tersedia lapangan golf, pusat hiburan, hingga ruang terbuka hijau yang memberi kesan kota ini dibangun dengan visi jangka panjang.

Pemerintah Filipina tampak serius mendorong pertumbuhan ekonomi melalui iklim investasi yang kondusif. Salah satu motor penggerak utamanya adalah sektor Business Process Outsourcing (BPO). Pemerintah memberi intervensi positif dengan mendorong penggunaan tenaga kerja lokal yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris, sambil membatasi dominasi tenaga asing. 

Hasilnya, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 6,5 persen per tahun, dan Clark menjadi contoh nyata dari kota yang works like a dream, bekerja seperti mimpi.

Dari kunjungan ke Clark ini, ada beberapa pelajaran berharga yang patut direnungkan untuk Indonesia, khususnya bagi daerah seperti Riau.

Pertama, investasi hanya akan tumbuh jika daerah mampu mengelola potensi uniknya. Riau, dengan kekayaan sejarah dan alamnya, dapat mengembangkan kota-kota bertema wisata sejarah dan budaya.

Kedua, keamanan dan kenyamanan menjadi fondasi utama investasi. Konflik yang dapat diselesaikan secara bijak hendaknya tidak dibiarkan membesar.

Ketiga, regulasi investasi perlu dirancang sederhana dan efisien. Insentif pajak, kemudahan perizinan, dan tata ruang yang detail akan mempercepat proses masuknya investor.

Keempat, pemberdayaan tenaga lokal harus menjadi prioritas. Peningkatan kompetensi, sertifikasi profesi, dan kesejahteraan tenaga kerja lokal akan berdampak langsung terhadap peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Clark menunjukkan bahwa pembangunan kota modern tidak hanya soal fisik, tetapi juga tentang tata kelola, regulasi, dan kepercayaan publik. Sebuah kota yang tumbuh karena perencanaan matang dan karena pemerintahnya bekerja seperti mimpi yang menjadi nyata. Terimakasih!

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Tabola Bale dan Arah Pembangunan

 

Aspirasi Rakyat di Era Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved