Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kondisi Mengenaskan Angga Bagus, Siswa SMP Grobogan: Tewas Dibully Teman, Tengkorak Belakang Remuk

Karena itu, Sukatno menyampaikan permintaan maaf dan ucapan duka kepada keluarga Angga.

FOTO/Freepik
ILUSTRASI BULLYING - Kepala Sekolah Benarkan Siswa Kelas 2 SD di Inhu Terima Perundungan dari Kakak Kelas 

TRIBUNPEKANBARU.COM -  Sebuah tragedi memilukan terjadi di SMPN 1 Geyer, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Seorang siswa bernama Angga Bagus Perwira meregang nyawa pada Sabtu, 11 Oktober 2025, usai mengalami aksi perundungan dari teman sekelasnya.

Angga merupakan putra pertama dari pasangan Sawendra (38) dan Ike Purwitasari (34). Meski begitu, selama ini ia diasuh oleh sang kakek, Pujiyo (50), dan tinggal di Dusun Muneng, Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer.

Sementara, kedua orang tua dan adiknya menetap di Cianjur, Jawa Barat.

Menurut Pujiyo, Angga tidak pernah berbuat aneh dan selalu menurut.

Sang cucu disebutnya memiliki hobi bermain sepak bola.

"Dia itu anak penurut dan enggak aneh-aneh. Hobinya sepak bola dan ikut ekstrakurikuler," ungkap Pujiyo di rumah duka di Desa Ledokdawan, Kecamatan Geyer, Minggu (12/10/2025), dikutip dari TribunJateng.com.

Angga yang masih berusia 12 tahun duduk di kelas VII G, yang merupakan kelas unggulan.

Kelas tersebut mayoritas merupakan siswa berprestasi.

"Kelas VII G paling baik dibanding kelas VII lainnya," ungkap Kepala Sekolah SMPN 1 Geyer, Sukatno, Senin (13/10/2025), dilansir TribunJateng.com.

Lebih lanjut, Sukatno mengungkapkan, Angga semasa hidupnya dikenal sebagai siswa yang pendiam.

Angga juga memiliki kepribadian yang baik dan tak memiliki catatan buruk di sekolah.

Baca juga: Dokter Forensik Ungkap Penyebab Tewasnya Wanita Hamil di Hotel Palembang: Kekurangan Oksigen

Baca juga: Viral Lurah di Medan Didorong Warganya ke Parit Saat Tugas, Si Pelaku Kini Dipanggil Polisi

Karena itu, Sukatno menyampaikan permintaan maaf dan ucapan duka kepada keluarga Angga.

"Almarhum Dik Angga adalah siswa yang baik dan pendiam. Kami mohon maaf sebesar-besarnya dan turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga Dik Angga," urai Sukatno.

Terpisah, Pujiyo membeberkan hasil autopsi cucunya.

Autopsi dilakukan di RSUD Dr R Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi, pasca-dirundung.

Menurut hasil autopsi pihak rumah sakit, Angga mengalami kekerasan fisik di kepala yang membuat darah di otak menggumpal.

Selain itu, tengkorak bagian belakang Angga juga sampai remuk buntut perundungan yang dilakukan teman sekelasnya.

"Ada benturan kepala bagian kanan, kiri. Ada penggumpalan darah di otak dan tengkorak di bawah otak belakang remuk. Kata dokternya eperti itu," jelas Pujiyo, dikutip dari TribunJateng.com.

Mengetahui Angga meninggal, pihak keluarga, terutama orang tua, nyaris pingsan saat prosesi pemkaman, Minggu, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Muneng, Desa Ledokdawan.

Ayah Angga, Sawendra pun berharap pelaku perundungan bisa dihukum seadil-adilnya.

"Harapannya berlanjut seadil-adilnya. Gak ada kata maaf intinya. Soalnya nyawa hubungannya ini. Kalau bisa nyawa dibayar nyawa," kata Sawendra.

"Tapi, hukum kita ikuti aturan yang berlaku. (Para pelaku) Harus dihukum setuntas-tuntasnya," tegas dia.

Pihak Sekolah Kecolongan

Pihak sekolah mengakui kecolongan soal perundungan yang menyebabkan Angga Bagus Perwira meninggal.

Kepala SMPN 1 Geyer, Sukatno, mengatakan ruang kelas korban, yaitu VII G, berada di lantai dua dan cukup jauh dari ruang guru.

Selain itu, aksi perundungan terjadi saat jam istirahat kedua pukul 11.10 WIB, Sabtu (11/10/2025).

Sukatno mengungkapkan guru sekolah baru tahu Angga menjadi korban perundungan setelah ada siswa yang melapor.

"Kejadian pukul 11.10 WIB saat istirahat kedua. Jadi waktu itu kami tidak tahu. Tiba-tiba ada siswa yang melapor dan kami langsung ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS), membawa Angga ke Puskesmas," jelas Sukatno, Senin.

"Namun, Puskesmas menyatakan Angga sudah meninggal," imbuh dia.

Lebih lanjut, Sukatno mengungkap nenek Angga sempat melapor ke sekolah soal perundungan yang dialami cucunya di kelas VII G.

Namun, menurut Sukatno, perundungan itu sudah selesai dan pelaku meminta maaf kepada Angga.

"Guru BK langsung menindaklanjuti dengan memberi bimbingan. Mereka teman satu kelas. Masalah selesai, pelaku sudah minta maaf. Selanjutnya mereka berteman seperti biasa," urainya.

Menurut Sukatno, kasus perundungan yang dialami Angga sebelumnya berbeda dengan kali ini, meski sama-sama terjadi di kelas VII G.

Karenanya, pihak sekolah kecolongan karena mengira persoalan lama sudah tuntas.

"Beda pelaku dengan yang ini. Kami sangat menyesal dan mohon maaf hal itu bisa terjadi. Kami percayakan penanganan kasus ini kepada pihak kepolisian," tukas Sukatno.

Kronologi Perundungan

AP, teman seangkatan Angga Bagus Perwira, yang berbeda kelas, mengungkapkan perundungan sudah terjadi sejak Sabtu pagi, ketika guru belum datang.

Awalnya, Angga diejek oleh teman-temannya hingga terlibat perkelahian.

Aksi itu baru terhenti ketika Angga dipukuli di bagian kepalanya.

"Awal mulanya Angga diejek teman-temannya, lalu Angga tidak terima dan berkelahi. Angga dipukuli kepalanya dan kemudian berhenti," ungkap AP di rumah duka korban, Minggu.

"Itu saat jam ketiga, tapi belum ada guru," lanjutnya.

Aksi perundungan terus berlanjut sampai istirahat kedua pukul 11.00 WIB.

Saat itu, Angga dikerubungi teman sekelasnya dan diadu dengan seorang teman lainnya, AD (12).

Ketika berkelahi dengan AD, Angga kena pukulan berkali-kali hingga kejang.

Sayang, nyawa Angga tak tertolong, meski sempat dibawa ke UKS, lalu Puskesmas.

"Kamu beraninya sama siapa? Lalu Angga berkelahi dengan AD hingga kepala Angga kena pukul berkali-kali," ujar AP.

"Dia kejang-kejang dan dibawa ke UKS, tapi meninggal," pungkasnya.

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved