Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

PSN di Riau Era Prabowo

Pedagang Lopek Bugi di Kampar Mengeluh Sejak Ada Tol: Dapat Rp 100 Ribu Saja Susah

Omset pedagang makanan tradisional Lopek Bugi di Desa Palung Raya, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, turun drastis dampak jalan tol

Penulis: Fernando Sihombing | Editor: FebriHendra
tribunpekanbaru.com/fernando sihombing
LOPEK BUGI - Penjual menunggui kios makanan tradisional Lopek Bugi dekat Jembatan Kembar Danau Bingkuang, Kampar dari arah Pekanbaru ke Sumatera Barat, Rabu (15/10/2025). 

TRIBUNPEKANBARU.COM, KAMPAR - Resah tetapi pasrah dengan keadaan tampak dari cerita Yohanes Z. seorang pedagang Lopek Bugi di Desa Palung Raya, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar.

Omset dari kiosnya bernama Lopek Bugi Zahara merosot tajam. Berbeda jauh dari ketika Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar belum ada. 

"Dulu (omzet) sehari bisa sampai 400 ribu. Sekarang dapat 100 ribu saja susah. Air mineral aja nggak laku," ungkapnya kepada Tribunpekanbaru.com, Rabu (15/10/2025).

Di kala jayanya, dagangannya bisa habis hingga 60 kotak sehari. Satu kotak berisi 10 Lopek Bugi. Sekarang, ia hanya mampu membuat paling banyak 20 kotak.

Baca juga: Tol Pekanbaru-Bangkinang Masuk PSN, Pedagang Lopek Bugi di Danau Bingkuang Kampar Sepi Pembeli

Baca juga: Tol Permai Beroperasi, Warung Pecel Lele di Jalur Lintas Kecamatan Pinggir Sepi Disinggahi Pelintas

Ia kerap merugi. Dagangan yang tidak terjual lewat masa awetnya 24 jam, terpaksa dibuang. Kios biasanya buka dari pukul 08.00 sampai 20.00 WIB. 

Omzet mesti dibagi untuk membeli bahan penganan dan upah penjaga kios Rp50 ribu per hari. Bahan membuat penganan yang akan dijual besok. 

Pria 52 tahun yang akrab dipanggil Iyan ini mengakui, usaha Lopek Bugi tidak lagi bisa diharapkan sebagai sumber utama nafkah keluarga. 

Ia harus menafkahi keluarga dari pekerjaan lain.  Sementara usaha keluarga berjualan Lopek Bugi yang digelutinya sejak 2006, kini dikelola istri. 

"Usaha ini dipertahankan jadi usaha istri aja. Dari pada istri menung (bermenung tanpa kegiatan) di rumah," ujarnya. 

 Keberadaan pusat jajanan tradisional khas Kampar di Desa Palung Raya Kecamatan Tambang memang kian redup.

Satu demi satu kios dagangan tutup. Hasil dari berjualan Lopek Bugi tak bisa diandalkan lagi sebagai sumber yang menafkahi keluarga.

Entah sampai kapan pusat penganan tradisional khas Kampar itu mampu bertahan, Iyan sendiri tidak tahu. Ia sendiri masih bertahan, tetapi disokong penghasilan utama dari pekerjaan lain. 

Kepala Dusun II Kampung Baru Desa Palung Raya itu pernah menyuarakan nasib pusat Lopek Bugi, saat dipercaya menjadi ketua perhimpunan pedagang.

Aspirasi pernah disampaikan kepada Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil (DisdagKUKM) Kampar. Ia meminta dibangunkan kios dan penataan lokasi lebih menarik. 

"Tapi tidak ada realisasinya sampai sekarang," ungkapnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved