SLB Sekar Meranti

Asalkan Muridnya Mau Sekolah, Kepsek Ini Rela Datang Antar Jemput Langsung

Ia keliling dari dusun yang satu ke dusun yang lain untuk menjemput murid-murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti.

Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo
Murid SLB Sekar Meranti, Anak Setatah Rangsang Barat diantar dan dijemput menggunakan gerobak, Sabtu (27/8/2017). 

"Mengantar dan menjemput murid memerlukan tenaga. Sebab, selain berat jalan yang dilalui gerobak tidak semulus yang ada di perkotaan," ujarnya.

Ia mengaku tidak mengutip uang sepeserpun kepada orangtua murid atas jasanya mengantar dan menjemput para muridnya.

Padahal, setiap hari ia harus merogoh kocek untuk membeli bensin sepeda motornya.

Baca: Tak Mengeluh Digaji Rp 97 Ribu Per Bulan, Guru SLB Sekar Meranti Mengajar Setulus Hati

Padahal gajinya sebagai kepala sekolah sekaligus ketua yayasan hanya Rp 97 ribu per bulan.

"Bagi saya, yang terpenting mereka bisa sekolah," ujarnya. 

Murid SLB Sekar Meranti, Anak Setatah Rangsang Barat diantar dan dijemput menggunakan gerobak, Sabtu (27/8/2017).
Murid SLB Sekar Meranti, Anak Setatah Rangsang Barat diantar dan dijemput menggunakan gerobak, Sabtu (27/8/2017). (Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo)

Keberadaan SLB Sekar Meranti di Desa Anak Setatah, Rangsang Barat, juga tidak terlepas dari sosok Rudi Hartono.

Sekilas tidak ada yang tampak istimewa dari sosok pria berusia 48 tahun tersebut. Ayah dua anak ini sehari-sehari berjualan ikan laut keliling dari dusun satu ke dusun lainnya.

Jika tidak sedang musim ikan, Rudi menyadap pohon karet di kebun miliknya.

Namun siapa sangka, sosok warga desa yang sederhana ini merupakan pendiri SLB Sekar Meranti. Meski berpenghasilan pas-pasan, ia menggratiskan seluruh biaya bagi seluruh murid di sekolahnya.

Tidak hanya gratis belajar, murid-murid berkebutuhan khusus itu dimanjakan dengan pelayanan antar jemput gratis.

Saat ditemui di SLB Sekar Meranti, Sabtu (26/8/2017), Rudi mengungkapkan, ia tergerak mendirikan sekolah luar biasa itu berawal dari keprihatinannya terhadap nasib pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di desanya.

Saat ia berjualan ikan keliling dusun, ia melihat banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak sekolah. Mereka banyak menghabiskan waktu di rumah atau bahkan hanya dikurung di kamar oleh orangtuanya.

Rudi Hartono (baju kaos dongker) saat mengantar murid-murid SLB Sekar Meranti ke gerobak.
Rudi Hartono (baju kaos dongker) saat mengantar murid-murid SLB Sekar Meranti ke gerobak. (Tribun Pekanbaru/Guruh Budi Wibowo)

"Saya merasa sedih, karena mereka tidak bisa sekolah. Mereka tidak sekolah karena sebelumya di Kecamatan Rangsang Barat ini tidak ada sekolah luar biasa," ujar Rudi.

Sementara mayoritas masyarakat di desanya adalah keluarga yang tidak mampu. Mereka tidak memiliki cukup biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya di SLB Selatpanjang. Lagipula, untuk ke Selatpanjang mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh dan harus menyeberang laut.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved