Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Rumah Lontiok di Kampar Mulai Punah, Kadis Kebudayaan: Ini karena Kurangnya Pelestarian

"Rumah Lontiok itu merupakan kebanggaan bagi Kampar dan Riau memiliki nilai budaya dan kita menyayangkan tidak dirawat dengan baik, "

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Afrizal
tribunpekanbaru/nasuha
Rumah Lontiok termasuk Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) 

Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Nasuha Nasution

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU- Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Yoserizal Zen menyayangkan mulai punahnya Rumah Lontiok di Kabupaten Kampar.

Ini karena kurangnya pelestarian yang dilakukan masyarakat dan pemerintah setempat.

"Rumah Lontiok itu merupakan kebanggaan bagi Kampar dan Riau memiliki nilai budaya dan kita menyayangkan tidak dirawat dengan baik, "ujar Yoserizal Zen kepada Tribun Minggu (21/1/2018).

Menurut Yoserizal Rumah Lontiok sendiri sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Oktober 2017 lalu.

Setelah diperjuangkan Pemerintah Provinsi Riau sebagai warisan budaya.

Lahan bekas Rumah Lontiok di Desa Pulau Belimbing Kecamatan Kuok yang telah dijual
Lahan bekas Rumah Lontiok di Desa Pulau Belimbing Kecamatan Kuok yang telah dijual (Tribun Pekanbaru/ Fernando Sihombing)

Baca: Salut! Pasangan Ini Rela Pakai Busana Murah di Hari Pernikahan, Asalkan 2.000 Tamu Makan Lezat

Baca: Viral Tambang Emas di Tanjung Belit, Netizen Hebohkan Pekerja Tambang

Warisan budaya tersebut ditetapkan langsung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Efendy dan diterima langsung Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman saat itu.

"Sekarang kan tinggal melestarikan kita di daerah, itu sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya dan tentunya kebanggaan bagi kita dan harus dijaga dengan baik, "ujar Yoserizal.

Sebagaimana diketahui saat ini di Kampar hanya tersisa 12 unit Rumah Lontiok dan saat ini juga banyak para pengusaha mengincar rumah Lontiok tersebut untuk dibeli.

Bahkan ada juga dari Negeri Jiran Malaysia yang datang ingin membeli rumah bersejarah bagi masyarakat Kampar Riau tersebut.

Tidak hanya itu kondisinya juga sudah banyak yang lapuk dan terancam punah, karena memang masih dikuasai keluarga ahli waris, sehingga sangat sulit dilakukan pemeliharaan.

"Jadi serba sulit di lapangan, kita mengharapkan agar sama-sama menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah ini, "ujar Yoserizal.

Yoserizal juga berharap jangan sampai status warisan budaya yang sudah dipercayakan nantinya hilang dan punah, akibat masyarakat dan pemerintah tidak bertanggung jawab dengan warisan budaya tersebut.

"Jangan sampai datang musibah kebudayaan lagi di Riau. Cukup Mesjid Raya Pekanbaru yang statusnya berubah dari Cagar Budaya dan sekarang sudah tidak lagi, "ujar Yoserizal.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved