Kisah Hatf Saiful Rasul, Bocah 13 Tahun Asal Bogor yang Tewas Saat Bertempur Bersama ISIS

Hatf pergi ke Suriah bersama sekelompok kerabat pada tahun 2015, bergabung dengan sekelompok pejuang Prancis.

istimewa

TRIBUNPEKANBARU.COM Hatf Saiful Rasul berusia 11 tahun saat dia mengatakan kepada ayahnya, seorang militan Islam yang sudah dijatuhi pidana, bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk memperjuangkan Negara Islam.

Anak laki-laki tersebut mengunjungi ayahnya di sebuah penjara keamanan maksimum saat istirahat dari Ibnu Mas'ud, pesantrennya, Syaiful Anam mengungkapkan dalam esai 12.000 kata tentang putra dan agamanya yang dipublikasikan secara online.

"Awalnya, saya tidak merespon dan menganggapnya hanya lelucon seorang anak," tulisnya. "Tapi itu menjadi berbeda ketika Hatf menyatakan kesediaannya berulang kali."

Hatf mengatakan kepada ayahnya beberapa teman dan guru dari Ibnu Mas'ud telah pergi untuk memperjuangkan Negara Islam dan "menjadi syahid di sana", Anam menulis.

Anam setuju untuk membiarkannya pergi, mencatat dalam esainya bahwa sekolah tersebut dikelola oleh "kawan yang berbagi ideologi kita".

Hatf pergi ke Suriah bersama sekelompok kerabat pada tahun 2015, bergabung dengan sekelompok pejuang Prancis.

Reuters berbicara dengan tiga pejabat kontra-terorisme di Indonesia yang mengkonfirmasi bahwa anak laki-laki tersebut memang pergi ke Suriah.

Hatf adalah satu dari sekurang-kurangnya 12 orang dari pesantren Ibnu Mas'ud yang pergi ke Timur Tengah untuk memperjuangkan berdirinya negara Islam.

Dia berusaha untuk pergi ke sana, antara tahun 2013 dan 2016.

Baca: VIDEO: Densus 88 Anti Teror Polri Lihat Kondisi Terkini di Gubuk Terduga Teroris di Dumai

Baca: VIDEO: Ustadz Abdul Somad Terkenang Almarhum Sosok Ipda H.Auzar, Ini Ungkapannya!

Baca: PNS dan Perawat Diciduk Polisi Gara-gara Posting Ini di Facebook, Isinya Singgung Teror Bom Surabaya

Baca: Ditemukan Tewas, Polisi Dikagetkan Jumlah Uang pada Kantong Plastik Pengemis Ini

Baca: Foto Brigadir Polisi John Hendrik Dirawat Akibat Sabetan Pedang Saat Mapolda Riau Diserang

Sedikitnya 18 orang lainnya terkait dengan sekolah tersebut telah dihukum, atau ditangkap, untuk plot dan serangan militan di Indonesia, termasuk tiga serangan paling mematikan di negara tersebut dalam 20 bulan terakhir.

Jumadi, juru bicara Ibnu Mas'ud, membantah sekolah tersebut mendukung ISIS atau kelompok Islam militan lainnya, atau mengajarkan interpretasi ekstrim atau ultra-kekerasan terhadap Islam.

Ibnu Mas'ud adalah satu dari sekitar 30.000 pesantren di seluruh Indonesia.

Sebagian besar mendidik siswa dalam Islam dan mata pelajaran lainnya, namun beberapa terkait dengan ekstremisme dan bertindak sebagai pusat rekrutmen, kata polisi dan pejabat pemerintah Indonesia.

"Bukan domain kami"

Ibnu Mas'ud telah ada selama satu dekade, terlepas dari kaitannya dengan militan.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved