Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Padang

Kongres Nasional FSP ISI, Asosiasi Semen Indonesia Minta Pemerintah Lindungi Perusahaan Semen

Kondisi industri semen di Indonesia sudah sangat menghawatirkan, persaingan pasar semen sudah sangat ketat dan utilisasi pabrik rendah.

Editor: Afrizal
tribunpekanbaru/rikisuardi
Kongres Nasional V Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP ISI) di Padang, Rabu (18/7/2018). 

Laporan Kontributor Tribunpadang.com, Riki Suardi

TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso, menyebut saat ini kondisi industri semen di Indonesia sudah sangat menghawatirkan, karena persaingan pasar semen sudah sangat ketat dan utilisasi pabrik rendah, di bawah 70 persen.

Oleh sebab itu, mantan Dirut PT Semen Padang tersebut berharap agar pemerintah, segera melindungi perusahaan semen yang sudah ada saat ini, supaya kelangsungan bisnisnya tetap terjaga.

"Hal itu bisa dilakukan pemerintah dengan tidak mengeluarkan izin pabrik baru sampai tahun 2023," kata Widodo pada pembukaan Kongres Nasional V Federasi Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSP ISI) di Padang, Rabu (18/7/2018).

Kongres Nasional V yang digelar di Kota Padang itu, turut dihadiri Director Industry Material Industrial ALL, Matthias Hartwich, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia H.M Said Iqbal, dan Direktur Operasional PT Semen Padang Firdaus.

Baca: Serikat Pekerja Semen Padang Tuan Rumah Kongres Nasional V FSP ISI

Baca: Pensiunan PT KAI Tewas Dilindas Truk di Jalan Bypass-Teluk Bayur

Lebih lanjut Widodo menyebut apabila izin tetap dibuka pemerintah, maka persaingan harga akan semakin tajam, dan tentunya mengakibatkan kinerja pabrik semen yang ada akan semakin terpuruk.

"Kondisi terburuknya jika pemerintah tidak segera melindungi, maka bisa berdampak kepada kebangkrutan, baik untuk pabrik lama maupun yang baru," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum FSP ISI, Widjajadi menyebut, FSI ISI dan ASI, termasuk perusahaan semen yang ada saat ini, perlu menyatukan langkah, sehingga bisa melaksana perjuangan secara bersama-sama.

Sebab, sebut Widjajadi, berbagai masalah yang dihadapi industri semen saat ini adalah over supply, masuknya perusahaan-perusahaan semen asal China ke dalam negeri, dan persoalan lainnya.

Untuk mengantisipasi agar persoalan itu tidak terus bertambah dan semakin buruk, FSP ISI, kata Widjajadi, telah menjalin komunikasi yang intens dengan berbagai stakeholders terkait, termasuk ASI.

"Komunikasi dengan ASI itu terus kami lakukan, agar ASI memberi saran kepada pengambil kebijakan, sehingga kebijakan yang keluar tidak merugikan industri semen yang sudah ada," ujarnya.

Director Industry Material Industrial ALL, Matthias Hartwich, mengatakan, industri semen di Indonesia kini menghadapi persaingan dari perusahaan China yang menjual produk dengan harga murah, karena mendapat dukungan subsidi dari pemerintah negara tersebut.

"Kondisi ini jelas tidak adil, dan harus diatasi oleh perusahaan-perusahaan lokal dengan dialog-dialog sosial dari serikat pekerja, manajemen perusahaan, pemerintah lokal dan multinasional," kata Matthias.

Industri ALL Global Union memiliki misi membangun kekuatan serikat buruh dan membela hak-hak pekerja. Persatuan demokratis yang kuat sangat penting untuk persamaan sosial dan demokrasi.

Baca: Rencanakan Jauh Hari Daftar ke KPU Sumbar Pukul 11.01 WIB Malam, Ternyata Ini Alasan PKB

Baca: Kapitra Ampera Mengaku Ditawari Jadi Caleg PDIP Dapil Sumbar Bulan Lalu

Industri ALL bekerja untuk mencapai tujuannya melalui lima tujuan utama, membela hak-hak pekerja, mangun kekuatan serikat pekerja, hadapi modal global, melawan pekerjaan yang berbahaya, dan mempromosikan kebijakan industri yang berkelanjutan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved