Berita Riau
Hujan Buatan Atasi Kebakaran Hutan di Riau, BPPT Siapkan 17 Ton Garam untuk Disemai
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sudah menyiapkan sebanyak 17 ton garam untuk disemai di langit Riau.
Penulis: Rizky Armanda | Editor: Ariestia
Hujan Buatan Atasi Karhutla di Riau, BPPT Siapkan 17 Ton Garam untuk Disemai
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah menyiapkan sebanyak 17 ton garam untuk disemai di langit Riau.
Hal ini guna mempercepat potensi hujan buatan yang bertujuan untuk membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah daerah di Riau.
Garam ini akan disemai menggunakan pesawat Casa milik TNI.
Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan, operasi skema Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ini sudah dimulai sejak Februari lalu.
Baca: Babi Ditemukan Tidak Lazim di Pemukiman, Warga Khawatir Babi Ngepet, Ditangkap Diserahkan Polisi
Sesuai rencananya, akan dilaksanakan hingga Maret 2019 ini.
"Sejauh ini sudah lebih dari 5 ton garam yang disemai dan mulai menurunkan hujan di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, dan Kota Dumai. Satu sortie itu bisa 800 kilogram untuk kawasan 10 kali 10 kilometer," kata Hammam saat diwawancarai usai meninjau persiapan pesawat untuk menyemai garam di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Senin (4/2/2019).
Lanjut dia, garam higroskopis itu kemudian disemai di awan supaya segera turun hujan dan membasahi lahan gambut yang terbakar.
Menurut Hammam, penyemaian garam dilakukan berdasarkan koordinasi dengan BNPB dan Satgas Siaga Darurat Karhutla Riau serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru.
Selanjutnya pesawat terbang ke arah awan yang dinilai berpotensi hujan oleh BMKG.
Dari 17 ton garam yang sudah disiapkan itu, kemungkinan akan ditambah lagi jumlahnya.
Hal ini akan disesuaikan dengan perkembangan cuaca dan jumlah titik panas di Riau.
Baca: 280 Peserta Ikuti Kejuaraan Perisai Diri Next Generation Champhionship 2019 di Pekanbaru
Hujan buatan ini tak hanya diharap membasahi gambut, tapi juga mengisi embung-embung ataupun kanal sebagai persediaan air gambut.
Di sisi lain, Hammam menyatakan armada pesawat penyemai garam untuk hujan buatan jumlahnya sangat terbatas.
Sehingga jika ada Karhutla di Sumatera dan di Kalimantan, maka akan sangat kesulitan untuk melakukan hujan buatan ini secara serentak.
