Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kisah Kasmenita Jalani Profesi Bidan, Bantu Persalinan di Tengah Hutan

Menjadi tenaga medis adalah cita-cita Kasmenita sejak kecil. Alasannya sangat sederhana dan menyentuh. Yakni, kesukaannya menolong orang.

Editor: Ariestia
Istimewa
Bidan Kasmenita STr Keb sedang memeriksa pasien. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Menjadi tenaga medis adalah cita-cita Kasmenita sejak kecil.

Alasannya sangat sederhana dan menyentuh. Yakni, kesukaannya menolong orang. Menjadi dokter adalah impian kanak-kanaknya.

Meski tidak menjadi dokter, kini Kasmenita boleh berbangga diri dengan gelar STr.Keb, di belakang namanya. 

“Sedari kecil saya memiliki jiwa suka menolong. Apalagi waktu itu sudah terbiasa merawat ayah yang menderita penyakit diabetes melitus,” kata Kasmenita.

Akhir Januari lalu, jalan berliku menjadi seorang bidan mulai diretasnya sejak tahun 1996, saat ia tercatat sebagai siswa Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Depkes Pekanbaru.

Tamat SPK tahun 1999, Kasmenita melanjutkan pendidikan bidan di DIII Kebidanan Poltekkes Pekanbaru dan lulus tahun 2005.

Tak puas dengan gelar DIII, ia melanjutkan pendidikan DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau dan lulus 2017.

Bidan kelahiran Sedinginan, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau ini, mengawali pengabdiannya selulus dari SPK dengan menjadi honorer pada tahun 1999. Kinerja bagus dan nasib baik membawanya menjadi CPNS pada tahun 2006 usai menamatkan  DIII Kebidanan Poltekkes Pekanbaru. Kasmenita ditempatkan di Puskesmas Bangko, Bagansiapiapi, Rokan Hilir.

Setelah beberapa tahun kemudian, ibu dua anak ini di tempatkan di tanah kelahirannya, Sedinginan. Selain ingin mengabdi di kampung halaman, tekad untuk menjaga dan merawat orangtua membuatnya tetap kerasan meski jauh dari gemerlap kota.

Saat itu, diakhir tahun 1990-an, di daerah Bagansiapiapi persalinan masih dilakukan di rumah warga dan sebagian besar masyarakat belum percaya dengan bidan.

Nyaris tidak ada ibu-ibu hamil yang datang ke tempat praktik bidan untuk melahirkan, justru bidan harus datang ke rumah ibu yang hendak melahirkan.

Tetapi dengan semangat Kasmenita yang tidak pernah putus untuk terus mendatangi warganya yang hendak melahirkan, dan meyakinkan mereka bahwa seorang bidan bisa membantu proses melahirkan juga membantu proses tumbuh kembang anak, maka seiring berjalannya waktu keberadaan bidan mulai diterima masyarakat.

Tempaan itu membuat Kasmenita menjadi lebih terbuka akan profesi bidan dan ikhlas menjalaninya. Menjadi bidan di pelosok tentunya memiliki tantangan lebih kompleks di banding berpraktik di kota.

Suka dan duka menjadi bidan sudah menjadi kesehariannya, baginya itulah romantika seorang bidan. Berbagi kisah duka, Kasmenita memiliki pengalaman paling berkesan yang hingga kini masih melekat diingatannya.

Suatu malam ia dibangunkan oleh seorang anak yang ibunya sudah mengalami kontraksi untuk melahirkan, saat itu sudah tengah malam.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved