Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

10 Profesi dengan Kondisi Terburuk di AS

Risiko kerja tinggi hingga bisa terbunuh, stres juga tinggi. Ironinya, tingkat gaji pun berpeluang turun sekitar sembilan persen.

Editor:
Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir
AKSI - Puluhan wartawan gabungan media cetak dan elektronik menggelar aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Riau terkait pernyataan Anshari Kadir, Kepala Bagian Administrasi Pendidikan dan Agama Biro Kesehatan Rakyat yang melecehkan profesi jurnalis, Selasa (8/12). Dalam aksinya ereka mendesak kepada Plt Gubernur Riau, Arsyad Juliandi Racham untuk mencopot Ansyari Kadir dari jabatannya. 

6. Pembasmi Wabah
Petugas pembasmi dan pengendali wabah punya risiko tinggi tertular penyakit mematikan.

Gaji pun relatif rendah hanya 30.000 dollar AS atau Rp 395 juta setahun.

Profesi dengan kadar stres tinggi, atmosfir kerja tak nyaman dan tidak ada peluang berkarir.

Harapan naik gaji tak ada, bahkan bisa turun sekitar satu persen.

7. Pramuniaga
Pegawai ritel alias pramuniaga harus selalu berpakaian necis, tapi gajinya untuk ukuran rata-rata AS tergolong rendah, sekitar 21.000 dollar AS atau Rp 276 juta per tahun.

Kerjanya tidak menyenangkan, peluang berkarir tidak banyak, faktor stres tinggi.

Positifnya, pekerja sektor ritel bisa mengharap kenaikan gaji hingga tujuh persen.

8. Marketing Iklan
Tampilannya harus selalu necis dan gajinya sekitar 47.000 dollar AS atau Rp 619 juta setahun.

Namun atmosfir kerjanya tak nyaman dengan persaingannya keras dan faktor stresnya tinggi.

Peluang berkarir nyaris tidak ada, dan saat ini tidak ada harapan naik gaji, bahkan ada kemungkinan gaji turun hingga tiga persen.

9. Sopir Taksi
Pendapatan sopir taksi hanya separuh petugas pemadam kebakaran, yakni 23.000 dollar AS atau RP 303 juta setahun.

Faktor stresnya tinggi, risiko keamanan dari ancaman kejahatan juga besar. Tidak ada atmosfir kerja, dan tak ada peluang berkarir lebih tinggi.

10. Pemadam Kebakaran
Menjadi petugas pemadam kebakaran adalah impian kebanyakan anak-anak di AS atau Eropa.

Namun realitanya profesi ini tergolong buruk kondisinya.

Gajinya memang menggiurkan 46.000 dollar AS atau Rp 606 juta setahun. Namun faktor stresnya paling tinggi dan atmosfIr kerjanya tidak nyaman. (*)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved