Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Tour de Borneo Jelajah 2335 Km

Tasman dan Syaiful Disambut Ramah Pesepeda Borneo

Mulai Kamis, 13 Oktober 2016, Tasman Jen (60), personel Trio Lisoi, memulai penjelajahannya dalam Tour de Borneo (Borneo Long Distance Cycling)

Editor: harismanto
Foto/Tasman jen
Tasman Jen, seorang personel Trio Lisoi dan Syaiful, anggota Komunitas Sepeda Pekanbaru Bikepacker, merakit sepeda setibanya di Bandara Sapadio Pontianak, Kamis (13/10/2016). Mereka akan memulai Tour de Borneo atau Borneo Long Distance Cycling sepanjang 2.335 Km. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Mulai Kamis, 13 Oktober 2016, Tasman Jen (60), seorang personel Trio Lisoi, memulai penjelajahannya dalam Tour de Borneo atau Borneo Long Distance Cycling. Bersama Syaiful dari Komunitas Sepeda Pekanbaru Bikepacker, keduanya akan melintasi rute sepanjang 2.335 km di pulau Kalimantan. Berikut catatan perjalanan yang dituliskan Tasman Jen:

Kamis 13 Oktober 2016 dengan diantar keluarga, aku dan Syaiful memulai safari ke pulau ketiga terbesar di dunia yaitu kalimantan atau Borneo yang dikenal juga dengan pulau seribu sungai. Keinginan yang lama terpendam untuk mengenal langsung dan merasakan eloknya budaya dan persadanya akhirnya kami diizinkan Allah menginjakan kaki di Pontianak.

Pontianak adalah titik awal safari ini. Kemudian dilanjutkan ke Pulau Datuk Kabupaten Kayong Utara. berlanjut ke Kuching Serawak, Entikong, Palangkaraya, Banjarmasin dan rencananya bakal berakhir di Balikpapan dengan total jarak lebih kurang 2.335 km.

Keramahan kalimantan khususnya warga Pontianak mulai terasa sewaktu kami merakit sepeda di shelter Bandara Sapadio. Mereka menyapa dan ikut membantu merakit. Logat bahasa melayu membuat aku seakan berada di Riau.

Jam 17.00 WIB, sepeda kami selesai dirakit. Kayuhan awal dilepas lambaian dan ucapan selamat jalan dari warga yang bersimpati menambah semangatku. Aku kayuh pelan mengikuti Syaiful dari belakang.

Kami menuju kota, cuaca cerah dan jalanan tidak begitu ramai. Di beberapa tempat terlihat anggota TNI berjaga-jaga. Kemungkinan karena kedatangan Presiden besok dalam rangka pembukaan Festival Sail Karimata.

Di perjalanan, kami dicegat seorang pesepeda. Ternyata itu adalah pak Adrianus Babaro yang sengaja menunggu kedatangan kami. Beliau memantau kami sejak tiga minggu sebelumnya.

Pak Adrianus memandu kami didepan. Memasuki kota, hari mulai gelap dan jalanan mulai ramai serta sedikit macet. Kami istirahat di bengkel sepeda di jalan Imam Bonjol. Konon disini tempat berkumpulnya komunitas sepeda se Pontianak.

Malam ini kami putuskan untuk menginap di Hotel Muslim dengan sewa Rp 93.500 semalam. Lumayan mewah menurut ukuranku hehe...

Selesai berbenah,mandi dan cuci pakaian, kami dijemput pak Syarif Imran yang mantan atlet sepeda. Beliau membawa kami ke jalan Gajah Mada. Kota Pontianak unik menurutku. Karena di sepanjang jalan dipenuhi kafe-kafe "beratapkan" udara terbuka.

Masing masing kafe umumnya dikunjungi komunitas tertentu. Pak Syafri beserta istri membawa kami ke kafe komunitas pesepeda. Kami berbincang dengan beberapa orang. Terasa akrab sekali hingga jam menunjukkan pukul 23.00 WIB. Kami lalu diantar ke hotel untuk istirahat guna persiapan rally dalam acara festival perahu layar Selat Karimata di Pantai Pulau Datuk Kayong utara esok pagi.

Keesokan harinya, 14 Oktober, selesai sarapan pagi di warung makan depan hotel, kami langsung check out. Hari ini kami akan menuju Sukadana di Pulau Datuk dan naik feri di Dermaga Rasau Jaya.

Udara cerah saat itu. Kendaraan juga masih sepi di Jalan Imam Bonjol Pontianak membuat kami lebih leluasa memacu sepeda ke posko tempat kumpul sebelum berangkat ke dermaga fery.

Kebetulan di Pontianak sedang ada iven sailing dari Pulau Datuk ke Sukadana yang diresmikan Presiden Joko Widodo. Kami diajak oleh teman dari Pemda Pontianak ikut gowes Sail Karimata memeriahkan acara tersebut. Untuk goweser di loading dengan kapal fery dari pelabuhan Rasau Jaya menuju pulau Datuk selama 13 jam.

Pagi selesai sarapan kami check out dari hotel. Pagi yang cerah dan jalanan yang belum terlalu ramai menambah semangat kami untuk mendayung. Stelah menempuh 10km perjalanan, aku lihat awan hitam bergayut di langit siap menumpahkan isinya ke bumi. Tidak berapa lama hujan mengguyur deras. Aku memilih berteduh di warung tegal terdekat.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved