Tour de Borneo Jelajah 2335 Km
Tasman dan Syaiful Disambut Ramah Pesepeda Borneo
Mulai Kamis, 13 Oktober 2016, Tasman Jen (60), personel Trio Lisoi, memulai penjelajahannya dalam Tour de Borneo (Borneo Long Distance Cycling)
Teh panas aku pesan untuk agar lebih enak duduk disitu. Tak berapa lama, kami mulai gowes lagi meski masih gerimis. Syaiful memakai jas hujannya. Namun aku tetap pakai baju biasa karena sudah tanggung basah. Kebiasaanku dari dulu kurang nyaman memakai jas hujan dan biasanya bajuku yang basah tadi akan kering sendiri di badan. Kebiasaan jelek jangan ditiru ya, hehe...
Di perjalanan beberapa pesepeda mendahului kami kencang dari belakang. Pontianak memang bertabur dengan atlet-atlet road bikenya yang berprestasi nasional dan ASEAN.
Hujan kembali lebat dan kami berhenti untuk Sholat Jumat di Masjid Jamik di Desa Rasau Jaya. Hujan tak kunjung berhenti hingga jam 14.00 WIB. Kami lanjutkan mengayuh. Lebih kurang 30 menit aku melihat bentangan Sungai Rasau yang lebar.
Kami yang basah kuyup menyelusup masuk dengan sepeda kebawah kanopi sebuah warung. Beberapa pesepeda yang satu tujuan memberi kami ruang untuk duduk. Secangkir kopi panas dan candaan pesepeda kembali menghangatkan tubuhku.
Jam 16.00 WIB, tepat 300 sepeda mulai diloading ke fery. Di bawah guyuran hujan aku menuntun sepeda yang beratnya 32 kilogram ke fery. Kawan lain ikut bantu mengangkat sepedaku ke pintu.
Kemudian, masing-masing sibuk menyusun sepeda di deck. Peserta Sail Karimata Tour ini umumnya pesepeda lokal dan Malaysia. Kami termasuk peserta dadakan dari Pekanbaru. Syaiful berbisik, "kita jadi selebriti dadakan karena digilir untuk selfie...," ujarnya sembari tertawa.
Kapal mulai berangkat. Aku dan Syaiful mencari tempat buat istirahat. Tapi tempat sudah penuh semua. Mulai dari lantai sampai kursi penuh dengan orang. Aku mengambil sedikit ruang di lorong untuk selonjoran.
Alhamdulillah, anak muda yang selonjor disampingku memberi ruang lebih luas. Hingga aku bisa merebahkan tubuhku yang serasa mau rontok. Aku akhirnya bisa tidur dengan kaki di tekuk. Gemuruh mesin kapal dan dinginnya lantai besi membangunkanku sekitar pukul 02.00 WIB. Sejak itu tidak tidur lagi karena setengah jam lagi kapal sudah sandar. (Bersambung)
