Kampar
Orang Tua Pinjamkan Laptop, Begini Semangat UNBK di SMPN 1 Tapung Hulu
SMPN 1 adalah satu dari hanya 5 sekolah di Kampar yang siap melaksanakan UNBK.Sekolah ini berjarak sekitar 60 kM dari Bangkinang Kota, Ibukota Kampar
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Sesri
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Nando
TRIBUNPEKANBARU.COM, BANGKINANG - SMP Negeri 1 Tapung Hulu yang jauh dari pusat kota. Namun antusiasnya melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) patut dicontoh sekolah lain.
SMPN 1 adalah satu dari hanya lima sekolah di Kampar yang siap melaksanakan UNBK. Sekolah yang terletak di Desa Sumber Sari ini berjarak sekitar 60 kilometer dari Bangkinang Kota, Ibukota Kampar atau sekitar 75 kilometer dari Pekanbaru.
"Waktu rapat di Disdik (Kampar), saya yang pertama tunjuk tangan (menyatakan) siap melaksanakan UNBK," ungkap Kepala SMPN 1 Tapung Hulu, Nandang Priyatna, Kamis (4/5/2017).
Nandang menjadi percaya diri karena didukung antusiasme orang tua dan siswa di sekolah itu untuk mengikuti ujian akhir secara daring. Ia sampai terkesima dengan sambutan orang tua siswa yang begitu besar itu.
Tahun lalu, sekolah mendapat informasi tentang pelaksanaan UNBK. Sekolah memang tidak diwajibkan bersedia melaksanakan UNBK. Tapi bagi sekolah yang dipimpin Nandang, UNBK merupakan sebuah kesempatan agar siswa dapat bersaing dalam dalam Teknologi Informasi.
"Begitu dapat informasi, kita langsung melengkapi syarat-syarat (sekolah pelaksana UNBK)," ujar Nandang. Adapun syarat-syaratnya, sekolah harus memiliki jaringan internet, sambungan listrik dan komputer minimal 20 unit.
Sekolah berswadaya menambah daya listrik untuk menghindari kekurangan arus saat UNBK yang menelan biaya Rp. 9 juta. Kemudian memasang server internet. Sekolah harus mengeluarkan uang untuk server sebesar Rp. 15 juta per kelas. Di sekolah itu ada 5 kelas yang digunakan untuk UNBK.
SMPN 1 mendaftar sebagai calon pelaksana UNBK pada Nopember 2016. Lalu tim survei dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Riau datang. Sekolah harus menjalani simulasi kesiapan pelaksana UNBK. Teknisi dan operator sekolah dilatih.
Nandang menuturkan, kala itu, sekolah masih merasa dengan modal 20 unit komputer yang dimiliki masih kurang. Ia pun berinisiatif mengumpulkan orang tua siswa untuk menggalang dukungan.
"Kita sosialisasi. Saya sampaikan, modal kita baru 20 komputer. Saya mohon kesediaan orang tua pinjamkan Laptop untuk anak-anak," ujar Nandang.
Ia awalnya menargetkan terkumpul 50 unit Laptop. Namun bagaimana hasilnya, ternyata di luar dugaan.
"Ternyata ada 70 Laptop. Begitulah besar antusiasnya orang tua siswa. Nggak ada yang complain," kata Nandang.
Dengan modal kebersamaan itu, sekolah ini diloloskan menjadi pelaksana UNBK.
Orang tua siswa di sekolah ini tidak semua berpenghasilan lebih. Ia menyadari, orang tua berpenghasilan menengah ke bawah agaknya sulit membeli Laptop untuk anak mereka yang akan ikut UNBK. Sebagian besar, orang tua hanya petani biasa.