Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Mengapa Warga Justru Ramai-ramai Mendekat ke Lokasi Ledakan di Kampung Melayu?

Puluhan warga ramai berkumpul di dekat lokasi ledakan. Beberapa ada yang berdiri melewati garis polisi.

Editor: M Iqbal
net
Suasana di Kampung Melayu saat ledakan terjadi 

"Saya pernah jadi Kapolres Poso, itu bom Tentena ledakannya dua kali, sama seperti kejadian Kampung Melayu. (Lokasinya di) dekat pos polisi, ledakan pertama kecil, ledakan kedua pas polisi kumpul besar", kata Rudi.

Ledakan bom panci tersebut menewaskan lima orang, tiga di antara mereka polisi dan dua lainnya diduga sebagai pelaku ledakan.

Sejumlah serangan di Indonesia, sebut Rudi, kerap menyasar polisi sebagai target.

Sayangnya, bahkan polisi pun acap melupakan prosedur standar keselamatan.

"Sebenarnya SOP sudah diterapkan dimana-mana, tapi masyarakat bahkan polisi juga lupa. Pak Kapolri juga sudah mengingatkan karena menargetkannya polisi. Selalu diingatkan, selalu diingatkan, tapi lupa juga kalau ada ledakan", kata Rudi yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT ini.

Kultur dan validasi sosial

Lantas, mengapa masyarakat Indonesia cenderung mendekat ke lokasi serangan alih-alih menjauh mencari keselamatan?

Ahli psikologi dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk menjelaskan ada beberapa kemungkinan hal itu terjadi.

Pertama, masyarakat Indonesia berada dalam kultur komunal, bukan individualis.

"Masyarakat Indonesia selalu suka mengukur segala sesuatu dengan bagaimana reaksi orang di sekitar (komunal). Di satu isi ini sangat baik, orang lebih peduli dengan sekitarnya. Tapi di sisi lain, kebutuhan untuk tahu lebih banyak, jauh lebih tinggi di banding dengan masyarakat individualis", terang Hamdi.

"Masyarakat individualis dengan struktur negara yang sudah teratur cenderung mencari informasi dengan mencari di jalur resmi karena percaya dengan struktur: misalnya berita, televisi, koran dan sebagainya", lanjut Hamdi.

"Tapi bagi orang Indonesia tidak cukup, dia akan mencari juga dengan melihat. Makanya kalau ada perisitiwa, kerumunan cepat terjadi -orang berkumpul untuk sebanyak mungkin cari informasi."

Hamdi menambahkan bahwa gejala mencari validasi sosial itu dipindakan ke media sosial, seperti grup pesan instan.

Sependapat dengan Hamdi, dosen psikologi sosial dari Universitas Indonesia, Endang Mariani, mengatakan bahwa validasi sosial untuk menjadi yang pertama di media sosial menjadi salah satu alasan warga untuk mendekat ke lokasi kejadian.

"Adanya kecenderungan orang untuk mengunggah foto-foto (karena) bangga mendapat pengakuan menyebarkan yang pertama di medsos," kata Endang.(*)

Berita ini dipublikasi Tribunnews dengan judul: Bom di Kampung Melayu, Mengapa Warga Justru Ramai-ramai Mendekat ke Lokasi Ledakan?

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved