Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kekinian, Operasi Memutihkan Mr.P di Thailand Tuai Kontroversi, Begini Penjelasannya

Adapun terapi pemutihan bagian tubuh adalah hal yang populer di Thailand, negara yang tidak sedikit warganya terobsesi dengan warna kulit tubuh.

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM -  Warga  Thailand dihebohkan oleh sedang melambungnya terapi memutihkan kemaluan pria atau penis di negara tersebut.

Nama Rumah Sakit Lelux, seperti dilaporkan AFP Kamis (4/1/2018), sedang melesat setelah 100 pria dalam kurun waktu hanya sebulan mengunjungi tempat itu untuk memutihkan kemaluannya.

Seorang pria Thailand menjalani terapi pemutihan penis di Rumah Sakit Lelux, Bangkok, Thailand
Seorang pria Thailand menjalani terapi pemutihan penis di Rumah Sakit Lelux, Bangkok, Thailand ((LELUX HOSPITAL/AFP/GETTY IMAGES)

“Akhir-akhir ini permintaan sangat tinggi, 100 pasien sebulan, 3-4 pasien sehari,” ucap Bunthita Wattanasiri, manajer dari departemen perawatan kulit dan laser rumah sakit bersangkutan.

“Kami sangatlah hati-hati menjalankan terapi. Ini menyangkut organ vital pria. Kami menggunakan laser kecil,” lanjut Bunthita.

Adapun kebanyakan pasiennya adalah pria berusia 22-55 tahun yang kebanyakan berasal dari komunitas LGBT Thailand.

Baca: Waspadai Pedofilia - Dilecehkan Sewaktu Kecil Hingga Kecenderungan Kidal. Berikut Ciri-ciri Pedofil

Baca: Istana Siak Coba Dibakar, Gubernur Riau Utus Langsung Kadis Kebudayaan Pantau Lokasi

Terapi ini menyeruak ke publik setelah ditampilkan di televisi Thailand dan media sosial melalui foto seorang pria yang tengah menjalani perawatan.

Biaya pemutihan ini tidaklah murah. Untuk lima sesi, pria yang tertarik harus merogoh 650 dollar AS (sekitar Rp 8,7 juta).

Bukan kali pertama ini saja Lelux menjadi perbincangan.

Tahun lalu, rumah sakit yang terkenal dengan spesialisasinya di bidang perawatan kecantikan tubuh ini menawarkan produk “3D Vagina” dengan menggunakan lemak tubuh pasien untuk membuat vagina semakin montok.

Adapun terapi pemutihan bagian tubuh adalah hal yang populer di Thailand, negara yang tidak sedikit warganya terobsesi dengan warna kulit tubuh.

Warga Thailand menanggapi kabar ini dengan beragam.  “Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi dengan dunia ini,” komentar netizen bernama Parin Ruansati.

Ada juga yang berkomentar, orang sekarang terlalu terobsesi dengan warna kulitnya dan tidak dapat menerima kenyataan.

“Mengapa tidak?” tanya seorang warganet mengomentari ucapan itu.

Baca: 3 Dokter Nyatakan Meninggal, Dengkuran Selamatkan Pria Ini dari Meja Autopsi, Ternyata Masih Hidup

Baca: Rafflesia Arnoldii dan Bunga Bangkai yang Bermunculan di Riau. Pertanda Apakah?

Dikutip dari LiveScience, Jumat (5/1/2018) Popol Tansakul selaku Manajer Marketing Lelux berkata bahwa prosedur tersebut menggunakan laser yang sama dengan perawatan kulit lainnya untuk memecahkan melanin di dalam sel kulit.

Bunthita Wattanasiri, manajer dari departemen perawatan kulit dan laser Lelux, juga berkata bahwa mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan terapi tersebut. “Ini menyangkut organ vital pria. Kami menggunakan laser kecil,” ujarnya.

Dalam situsnya, Mayo Clinic menulis bahwa terapi ini bekerja dengan menghancurkan melanosit atau sel yang memproduksi pigmen kulit melanin tanpa merusak permukaan kulit. Biasanya, terapi ini digunakan untuk menangani flek dan daerah kehitaman tertentu.

Meski demikian, terapi pemutihan kulit menggunakan laser bukan tanpa risiko.

Mayo Clinic menulis bahwa selain sensitivitas terhadap matahari, terapi ini juga memiliki beberapa efek samping dan mungkin menyebabkan warna kulit yang tidak merata.

Baca: Teman Minta Copy Video Lucu, Nggak Tahunya Tersalin Video Lagi Begituan Dengan Pacar

Dr Thongchai Keeratihuttayakorn selaku Wakil Jenderal Direktur untuk Departemen Kesehatan Thailand juga khawatir akan aplikasi terapi tersebut pada area yang sensitif seperti kelamin.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Publik Thailand, Dr Thongchai berkata bahwa risiko terapi pemutihan kulit pada kelamin mencakup iritasi, alergi, dan pembengkakan.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved