Polisi Nyamar jadi Tukang Mie, Kaget Saat Pergoki 2 Pria Setengah Telanjang di Kamar
Polisi tetap menggedor pintu kamar yang berada di area pojok penginapan itu selama sekitar 15 menit, sambil tetap menawarkan mi rebus.
Pria yang kesehariannya membuka jasa tambal ban itu beralasan terhimpit masalah ekonomi.
Salah satunya adalah cicilan motor ELS.
"Saya tak mampu menafkahi. Mungkin dengan cara saya menjaga dia saat jual diri bisa menebus dosa saya sebagai suami," ucapnya.
Tiap malam, Hendra dan ELS mangkal di Jalan Tanjung.
Mereka selalu membawa buku nikah.
Fungsi lain buku nikah itu diungkapkan Hendra untuk mengelabui penjaga hotel.
Pasangan itu berasal dari Kabupaten Kudus.
Mereka melaju Semarang-Kudus setiap hari.
"Kalau capek saya tidur di hotel tempat istri tidur dengan pria lain. Jadi, gantian kalau dia (laki-laki hidung belang) selesai," beber pria kelahiran Buton, Sulawesi Tenggara itu.
Tarif ELS sekali berhubungan badan Rp 300 ribu, belum termasuk ongkos hotel.
Dalam semalam, ELS bisa mengantongi paling banyak Rp 700 ribu.
Hendra mengisahkan kenal ELS di Jalan Tanjung.
Semula, dia adalah pelanggan ELS.
Lama kelamaan mereka terlibat hubungan asmara kemudian menikah.
"Niatan saya menikahi ELS untuk mengentaskan dia dari pekerjaan itu. Saya tahu pekerjaan itu tak layak. Tetapi saya tak mampu, dan hanya ini jalan satu-satunya mendapat uang cukup," ujarnya.
ELS disatukan dengan para PSK yang terjaring razia gabungan Satpol PP dan Polrestabes Semarang.
Mereka diboyong ke kantor Satpol PP Kota Semarang di Jalan Ronggolawe Barat, Gisikdrono, Semarang Barat.
Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Kententraman Masyarakat Satpol Kota Semarang, Martin Stevanus Dacosta mengatakan, giat razia penyakit masyarakat (Pekat) kategori PSK dilakukan untuk menegakkan peraturan daerah (Perda) Kota Semarang nomor 5 tahun 2017 tentang ketertiban umum.
"Mereka kena Tipiring (tindak pidana ringan) serta wajib sidang," jelas Martin.
Giat Pekat gabungan itu menyasar sejumlah penginapan di Jalan Imam Bonjol, Tanjung, dan Siliwangi. (*)