Polisi Nyamar jadi Tukang Mie, Kaget Saat Pergoki 2 Pria Setengah Telanjang di Kamar
Polisi tetap menggedor pintu kamar yang berada di area pojok penginapan itu selama sekitar 15 menit, sambil tetap menawarkan mi rebus.
TRIBUNPEKANBARU.COM- Untuk menjaring PSK yang beroperasi di Jalan Tanjung dan Imam Bonjol Semarang, personel Tim Elang menyamar sebagai penjual bakmi keliling.
Hal itu dilakukan untuk memancing penghuni penginapan agar tak lama membukakan pintu kamar.
"Mi godok (rebus) pak, mi godoknya pak," seru personel Tim Elang Polrestabes Semarang sembari mengetuk pintu kamar penginapan.
"Ora pesen mi (tidak pesan mi) pak. Salah kamar!" sahut suara pria dari dalam kamar.
Lampu kamar tampak dipadamkan.
Polisi tetap menggedor pintu kamar yang berada di area pojok penginapan itu selama sekitar 15 menit, sambil tetap menawarkan mi rebus.

Baca: AMPUN DAH! ! ! Suami Restui Istri Jual Diri, Bawa Buku Nikah sebagai Senjata
Baca: VIDEO: Biduan Syok Digituin di Panggung, Berikutnya Cuek Lihat Pria Alami Nasib Tak Terduga Ini
Baca: Sadis! Bayi Empat Bulan Dibunuh Saudara Laki-Lakinya di Kamar, Diduga karena Hal Ini
Tampaknya penghuni kamar itu mulai marah.
Dia berteriak lagi tak memesan mi rebus.
Tak berselang lama, pintu kamar dibuka.
Seorang pria dalam kondisi setengah telanjang muncul.
Tubuh pria itu setengah basah.
Dia terkejut melihat sejumlah pria berseragam polisi.
"Selamat malam, maaf mengganggu kenyamanannya. Kami sedang bertugas giat razia pekat. Boleh kami lihat identitas anda?" kata personel Elang.
Gantian polisi yang terkejut ketika mengetahui pasangan dalam kamar pria itu.
Didapati juga seorang lagi pria dalam kondisi setengah telanjang di ranjang.
Mereka ditengarai polisi sebagai pasangan tidak wajar.
"Waduh, jadi tadi kalian lagi berhubungan badan?" tanya petugas dibalas senyum malu dua orang sebut saja Mawar dan Kumbang.
Mereka irit bicara.
Usai pemeriksaan identitas, Mawar dan Kumbang mengemasi barang-barang dalam kamar.
Selanjutnya mereka digiring petugas masuk dalam truk Satpol PP, bersama sejumlah PSK.
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Endro Pudyo mengatakan pasangan tak wajar itu sudah didata dan dibina petugas.
"Kami tidak bisa mengatakan mereka pasangan LGBT. Ditengarai mereka pasangan tak wajar. Sehingga hanya kena pendataan, tidak tipiring," bebernya.
Ada puluhan PSK yang dijaring aparat operasi gabungan Satpol PP dan Tim Elang Polrestabes Semarang di Jalan Imam Bonjol.
Mereka berlarian tunggang langgang ketika digerebek tim Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang beserta Tim ElangPolrestabes Semarang di Jalan Tanjung, Semarang Tengah, Kamis (25/1/2018) dini hari.
Ada yang lari masuk hotel, kabur menggunakan motor, dan masuk ke warung angkringan.
Mereka berusaha menyelamatkan diri agar tidak terjaring razia petugas tersebut.
Namun, upaya mereka sia-sia.
Belasan PSK tersebut berhasil ditangkap Satpol PP dan Tim Elang Polrestabes Kota Semarang.
Salah satunya adalah ELS (20).
ELS semula tak mengaku menjajakan diri di kawasan Jalan Tanjung.
Dia beralasan hanya jajan di warung dengan sang suami, Hendra Ciptarumbi (33).
Sempat terjadi perdebatan antara aparat dan pasangan suami istri itu.
Hendra membela sang istri sekaligus meyakinkan petugas bahwa dirinya suami sah ELS.
"Ini buku nikah kami. Kurang apa? Masih tidak percaya kalau dia istri saya?" ketus Hendra sembari menunjukkan dua buku nikah.
Aparat tak langsung percaya karena melihat langsung ELS beserta PSK lain kabur.
Semula para PSK itu mangkal di Jalan Tanjung.
Usai memeriksa identitas, petugas beralih menyelidiki informasi dari ponsel pasangan itu.
Ditemukan sejumlah pesan berupa rincian daftar harga PSK.
"Masih bantah? Kamu tega jual istrimu sendiri? Suami apa kamu ini?" seru petugas ke Hendra.
Hendra yang semula garang mendadak jadi pendiam.
Matanya berkaca-kaca.
Dia mengakui sang istri menjajakan diri.
Pria yang kesehariannya membuka jasa tambal ban itu beralasan terhimpit masalah ekonomi.
Salah satunya adalah cicilan motor ELS.
"Saya tak mampu menafkahi. Mungkin dengan cara saya menjaga dia saat jual diri bisa menebus dosa saya sebagai suami," ucapnya.
Tiap malam, Hendra dan ELS mangkal di Jalan Tanjung.
Mereka selalu membawa buku nikah.
Fungsi lain buku nikah itu diungkapkan Hendra untuk mengelabui penjaga hotel.
Pasangan itu berasal dari Kabupaten Kudus.
Mereka melaju Semarang-Kudus setiap hari.
"Kalau capek saya tidur di hotel tempat istri tidur dengan pria lain. Jadi, gantian kalau dia (laki-laki hidung belang) selesai," beber pria kelahiran Buton, Sulawesi Tenggara itu.
Tarif ELS sekali berhubungan badan Rp 300 ribu, belum termasuk ongkos hotel.
Dalam semalam, ELS bisa mengantongi paling banyak Rp 700 ribu.
Hendra mengisahkan kenal ELS di Jalan Tanjung.
Semula, dia adalah pelanggan ELS.
Lama kelamaan mereka terlibat hubungan asmara kemudian menikah.
"Niatan saya menikahi ELS untuk mengentaskan dia dari pekerjaan itu. Saya tahu pekerjaan itu tak layak. Tetapi saya tak mampu, dan hanya ini jalan satu-satunya mendapat uang cukup," ujarnya.
ELS disatukan dengan para PSK yang terjaring razia gabungan Satpol PP dan Polrestabes Semarang.
Mereka diboyong ke kantor Satpol PP Kota Semarang di Jalan Ronggolawe Barat, Gisikdrono, Semarang Barat.
Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Kententraman Masyarakat Satpol Kota Semarang, Martin Stevanus Dacosta mengatakan, giat razia penyakit masyarakat (Pekat) kategori PSK dilakukan untuk menegakkan peraturan daerah (Perda) Kota Semarang nomor 5 tahun 2017 tentang ketertiban umum.
"Mereka kena Tipiring (tindak pidana ringan) serta wajib sidang," jelas Martin.
Giat Pekat gabungan itu menyasar sejumlah penginapan di Jalan Imam Bonjol, Tanjung, dan Siliwangi. (*)