Ustadz Abdul Somad
Ustadz Abdul Somad Akan Diberi Gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara, Begini Kisah Hidupnya
Ustaz Abdul Somad akan menerima gelar adat kehormatan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Sesri
Dalam penjelasan itu Ustadz Abdul Somad menjawab langsung, hampir tanpa jeda. Selanjutnya, posisi Ustadz Abdul Somad menjadi terang benderang bagi umat Islam dan masyarakat Melayu, bahwa ia di pihak luar dianggap sebagai titik kumpul (rallying point) umat.
Sebagai dosen, ustadz berada dalam lingkungan yang baik untuk mengembangkan wawasan. Ini terlihat dari kemampuan merujuk dan mengutip isi kitab, lengkap dengan silsilah kitab, orang, dan bahkan rantai guru-murid, dengan latar belakangnya.
Sementara itu, penjelasannya selalu mengunakan langgam Melayu. Memang enak di telinga dan nyaman di hati, apalagi jika ditingkahi dengan pantun dan syair. Hal ini karakter umum yang dimiliki oleh orang Melayu khasnya Riau.
Dalam banyak ceramahnya ia dinilai memiliki nuansa sastra, ada rima dan metafora, karena begitulah akar sastra Melayu dari Arab Parsi.
Suara Abdul Somad yang tidak hanya lantang dan fasih dalam bahasa Arab, tetapi juga merdu menjadikan tausiahnya mewujud sebagai semacam seni pertunjukan, apalagi saat ia mendendangkan syair dan zikir.
Wawasan ilmunya sampai kepada sejarah pelbagai kerajaan dan kesultanan Melayu. Ia dengan fasih mendeskripsikan bagaimana sejarah mengalir kronologis, mulai dari Bukit Siguntang, terus ke Bentan, dan Melaka. Lalu bersambung ke aliran spasial, dari Kerajaan Samudera Pasai, terus kerajaan Melayu Deli Serdang, Inderagiri, Siak Sri Inderapura hingga Dharmaseraya. Ustadz Abdul Somad paham bagaimana kebiasaan di kampung-kampung dan dusun di Riau, di ceruk sungai dan hutan simpanan.
Selain yang disebutkan di atas, Ustadz Abdul Somad memiliki selera humor yang tinggi. Ia membuat cerita panjang dengan selaan canda yang menyegarkan. Ia membuat humor tidak mesti ikut tertawa bersama jemaah. Humor seperti ini tipikal humor orang Melayu.
Tradisi humor semacam ini dalam dimensi yang lain memang sudah ada dalam sastra lisan Melayu seperti Pak Belalang, Pak Kaduk, Pak Pandir, Lebai Malang dan seterusnya. Kemudian bersambung kepada Soeman Hs dalam karya-karyanya Kawan Bergelut dan bahkan Yong Dolah dengan pelbagai transmisi dan transformasi genre.
Alhasil, setidak-tidaknya keharuman nama Ustadz Abdul Somad juga mengharumkan nama Riau. Ia kembali membuktikan bahwa Melayu Riau identik dengan Islam seperti yang juga telah diperlihatkan ulama terdahulu semacam Syekh Burhanudin, Tuanku Tambusai, Syekh Abdul Wahab Rokan, dan Syekh Abdurrahman Sidik. Alhamdulillah, mata rantai itu terus terjalin atas kehendak Allah SWT.
