Suami Kabur dengan Pelakor, Wanita Ini Tinggal di Rumah Kayu Berjuang Sekolahkan 4 Anak

Tawa anak-anak samar terdengar dari rumah itu, seolah tak menghiraukan kayu-kayu penyangga yang ditopang dengan balok seadanya

Editor: Sesri
KOMPAS.com/SUKOCO
Maimunah bersama anak anak mereka di kolong rumah yang mereka tempati. Rumah sempit Maimunah yang sudah ditinggali 15 tahun terakhir sudah mulai miring karean kayunya mulai lapuk. Maimunah mengkau kesulitan melakukan perbaikan karena hidup seorang diri bersama 6 anaknya yang masih kecil. 

Untuk menafkahi keenam anaknya, Maimunah bekerja memasang bibit rumput laut.

“Hidup dari upah mabentang (memasang bibit rumput laut) cukup untuk makan dan sekolah anak-anak,” katanya.

Jika harga rumput laut bagus, biasanya tawaran untuk bekerja mabentang bisa seminggu penuh.

Maimunah memanfaatkan hal tersebut untuk bisa mendapat penghasilan lebih.

Dari ketekunanya bekerja, saat ini Maimunah bisa mencicil sebidang tanah dari salah satu warga.

Tahun ini, pemerintah menjanjikan akan membantu Maimunah dengan program bedah rumah karena yang bersangkutan sudah memiliki tanah.

Maimunah hanya berharap anak-anaknya tak lagi dihantui kekhawatiran rumahnya kebanjiran dan akan roboh jika hujan mengguyur.

"Dulu sempat banjir tinggi. Kekhawatiran saya cuma takut roboh saja ini rumah,” ujarnya.
Semua anaknya harus sekolah.

Dari keseharian menjadi buruh memasang bibit rumput laut di rumah tetangganya, Maimunah mengaku bisa mendapat upah Rp 80.000.

Itu pun dia harus berangkat pagi sekali dan pulang sore hari.

Jika anak tertuanya yang duduk di bangku SMP libur dan membantu bekerja, biasanya Maimunah akan mendapat upah lebih karena hasil mabentangnya juga banyak.

Sayangnya, pekerjaan mabentang tidak selalu ada setiap hari.

Dalam seminggu, maimunah hanya kerja 4 hingga 5 hari saja.

“Satu tali upahnya 8.000 rupiah. Kalau saya sendiri berangkat jam 7 pagi sampai jam 4 sore paling hanya dapat 10 tali. Kalau dibantu anak-anak bisa dapat 15 tali,” katanya.

Meski hidup dengan serba kekurangan, Maimunah mengaku anak-anaknya harus tetap sekolah.

Dari 6 anaknya, hanya 2 yang belum bersekolah karena masih di bawah umur, yakni Rifly (5) dan Fadlan (3).

Sedangkan anak-anak Maimunah yang sudah bersekolah antara lain Nualan Akbar (13) , Ayu Prahman (11), Aisyah Rembu (10) dan Nadia Puji Rezky (7).

“Mereka harus sekolah, karena sekolah lah yang bisa mengubah nasib mereka,” ucapnya. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved