Eksklusif

Banyak Anak Bergelut dengan Sampah Cari Nafkah, ''Malas Kami Sekolah Lagi''

Bocah berusia 11 tahun ini tidak merasa risih dengan bau menyengat yang menyeruak dari tumpukan sampah yang tingginya hingga setiang listrik

Editor: Sesri

"Saya sudah sempat bilang ke orangtuanya, anak di bawah umur itu tidak boleh diperkerjakan. Saya bilang gitu orangtuanya malah marah. Anak saya mau bantu orang tuanya kok kalian halang-halangi," tutur Aceng.

Anak-anak yang menjadi pemulung di kawasan TPA Muara Fajar ada yang datang sendiri dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti motor maupun sepeda. Ada yang berjalan khaki. Tidak sedikit pula yang diantarkan oleh orangtua atau saudaranya.

"Kalau malam di sini banyak sepeda motor parkir," ujarnya.

Aceng mengungkapkan, anak-anak yang putus sekolah dan bekerja mengais sampah di TPA Muara Fajar sebenarnya bukan karena orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikan mereka. Namun kemauan anak untuk sekolah memang sudah tidak ada lagi.

"Kebanyakan anak-anak disuruh sekolah tidak mau, karena udah tahu duit. Banyak yang seperti itu. Disuruh orangtua sekolah pun dia nggak mau. Jadi bukan semata karena nggak ada biaya untuk sekolah," tuturnya.

Anak-anak tersebut seolah sudah asyik dengan dunianya. Apalagi anak-anak ini sudah memiliki penghasilan setiap harinya.

"Sudah kecanduan lah, namanya juga anak-anak. Dapat duit Rp 30 ribu saja sehari sudah senang sekali," ujarnya.

Mirisnya lagi, kata Aceng, ada yang sengaja memperkerjakan anaknya di TPA Muara Fajar menjadi pemulung, sementara orang tuanya di rumah.

"Anaknya disuruh memulung dari pagi, siang, malam. Bahkan sampai kakak beradik disuruh mulung disini. Sementara orangtuanya nggak ikut. Di rumah dia. Ada yang seperti itu di sini," katanya.

Peran orangtua

Berdasarkan data yang Tribun himpun di Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, tercatat ada 33 anak yang putus sekolah sepanjang tahun 2018 ini.

Rinciannya, untuk anak putus sekolah di tingkat SD negeri sebanyak 12 anak, kemudian di SD swasta sebanyak 4 anak. Sementara untuk SMP negeri 11 orang dan SMP swasta ada 6 orang.

Plt Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi mengaku prihatin dengan masih ditemukanya anak putus sekolah di Pekanbaru. Sebab Pemko Pekanbaru sudah menggratiskan biaya sekolah SD dan SMP negeri.

"Tingkat SD dan SMP kan sudah kita gratiskan, karena program wajib belajar 12 tahun," katanya.

Ia mengemukakan, sejauh ini pihaknya belum mengetaui secara pasti apa saja yang menyebabkan anak-anak tersebut putus sekolah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved