Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

SEDIH, Tak Mampu Bayar Ambulans, Jenazah Bayi Berusia 5 Hari Terpaksa Diangkut Ojek

bayi yang baru berumur lima hari itu terpaksa dibawa pulang menggunakan sepeda motor menuju kampung asalnya.

Editor: Sesri
KOMPAS.com/Syarifudin
Keluraga pasien saat menggendong jenazah bayi menggunakan sepeda motor. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, BIMA - Tak miliki biaya untuk membayar ambulans, jenazah bayi warga Desa Waro, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat ( NTB), terpaksa diangkut menggunakan motor.

 Pihak rumah sakit tidak menyediakan ambulans gratis untuk mengantar jenazah tersebut.

Bayi perempuan ini meninggal dunia setelah beberapa hari menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima.

Kepala Desa Waro, M Ali, Kamis (15/03/2018) mengatakan, keluarga membawa pulang jasad anaknya menggunakan sepeda motor lantaran tak punya biaya untuk membayar ambulans milik rumah sakit setempat.

Baca: Mimpi Ayahnya Masih Hidup, Sang Anak Minta Makam Ayah Dibongkar, Dan Ternyata . .

Baca: Hendak Oleskan Makeup, Tiba-tiba Perias Jenazah Sadar Ada Keanehan Pada Mayat, Astaga. . .

“Bukan karena tidak bersedia mengantar, mobil ambulans ada, namun pihak rumah sakit meminta biaya agar bisa menggunakan jasa ambulans,” kata Ali seperti yang dilansir dari kompas.com.

Peristiwa itu terjadi Rabu (14/3/2018) sekitar pukul17.00 Wita.

Saat itu, pihak keluarga mengendong jasad bayi keluar dari rumah sakit setelah dinyatakan meninggal dunia.

Karena tak punya biaya untuk membayar mobil ambulans, bayi yang baru berumur lima hari itu terpaksa dibawa pulang menggunakan sepeda motor menuju kampung asalnya.

Jarak tempuh rumah skait dengan rumahnya sekitar 100 kilometer.

Baca: Heboh, Perias Jenazah Lihat Bibir Mayat Bergerak, Kemudian Terungkap Fakta Ini

Baca: Pria ini Lamar Kekasih yang Terbujur Kaku di Peti Jenazah, Wajahnya Seperti Putri yang Lagi Tertidur

“Hal itu dilakukan karena tidak ada pilihan lain bagi keluarga korban. Karena tidak mampu, keluarga korban terpaksa pakai motor ojek untuk mengantar jasad anaknya,” ucap Ali.

Ia mengaku, keluarga korban sangat kecewa atas kejadian itu karena tidak ada sedikitpun kebijakan yang diberikan pihak rumah sakit.

“Padahal, pihak keluarga sudah mengajukan surat keterangan tidak mampu, namun pihak rumah sakit menolak. Mereka ngotot meminta biaya ambulans baru jenazah bisa diantar,” tuturnya.

Ironisnya, jasad bayi juga sempat ditahan karena keluarga belum melunasi biaya rumah sakit.

Bayi malang itu ditahan lantaran kedua orangtua tidak mampu membayar biaya persalinan dan perawatan putrinya.

“Ya, benar. Jenazah sempat ditahan saat mau dibawa pulang,”ujar Ali

Bayi yang terlahir di RSUD Bima sejak lima hari lalu itu kondisinya memang sudah lemah.

Karena itu, pihak rumah sakit memutuskan untuk mengambil tindakan medis dengan memasukkannya ke ruang NICU.

Sementara itu, Suhada, sang ibu yang melahirkan bayi malang ini rupanya menderita kelumpuhan selama 15 tahun.

Suhada juga diketahui bukan peserta BPJS.

Kondisi itulah yang menyebabkan mereka harus membayar biaya persalinan dan perawatan putrinya sebesar Rp 600.000 per hari.

“Itu hitungan pihak rumah sakit yang harus dibayar keluarga pasien. Sementara mereka ini keluarga tidak mampu, suaminya enggak punya penghasilan dan istrinya lumpuh,” ujar Ali.

Karena tak punya uang sebanyak itu, jasad bayi ditahan RSUD.

Mendengar hal itu, Kades Waro langsung menghubungi pihak RSUD Bima dengan memohon keringanan.

Namun, upaya Kades tidak mampu mengubah kebijakan rumah sakit.

“Tidak ada kebijakan sama sekali. Akhirnya saya hubungi direktur operasional. Saya juga mengutus istri untuk mendampingi orangtua bayi,” tutur dia. (*) 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved