Kepulauan Meranti
Fenomena Alam Padamkan Kebakaran Lahan di Rangsang Pesisir, Sebelumnya Tidak Ada Sumber Air
Haiwar mengungkapkan, bekas lahan yang terbakar tersebut hanya meninggalkan asap tipis saja.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Afrizal
Laporan Wartawan Tribunpekanbaru.com, Guruh BW
Tribunpekanbaru.com, SELATPANJANG- Hujan yang terjadi sejak Selasa (27/3/2018) dini hari hingga pukul 10.30 WIB di Kabupaten Kepulauan Meranti memadamkan kebakaran lahan di Desa Tenggayun Raya, Kecamatan Rangsang Pesisir.
Kebakaran yang terjadi sejak Minggu (25/3/2018) sore kemarin tidak hanya membakar semak belukar saja, melainkan juga kebun karet dan kelapa masyarakat.
Kepala Desa Tenggayun Raya, Kecamatan Rangsang Pesisir, Haiwar mengungkapkan, bekas lahan yang terbakar tersebut hanya meninggalkan asap tipis saja.
Baca: Breaking News: Suami Dian Sastro Diperiksa KPK, Ada Apa?
Baca: Pelatih PSPS Sebut Tak Perlu Latihan Fisik Khusus, Begini Caranya Tingkatkan Performa Pemain
Sebelum diguyur hujan, kata Haiwar, upaya pemadaman mengalami banyak kendala.
Selain tidak ada sumber air, kencangnya tiupan angin menyebabkan api cepat merambat.
Beruntung, upaya pemadam lahan oleh masyarakat saat itu dibantu oleh Polsek Rangsang, Babinsa, MPA dan BPBD.
"Kami harus buat sumur untuk padamkan api, saat itu angin juga cukup kencang. Jika tidak ada bantuan, api bisa saja tidak terkendali," ujar Haiwar pada tribunpekanbaru.com.
Kalaksa BPBD Kabupaten Kepulauan Meranti, Edy Afrizal mengatakan, kebakaran tersebut terjadi sejak Minggu (25/2/2018) sore kemarin.
Sejumlah mayarakat setempat juga kata Edy, telah melakukan upaya pemadaman menggunakan alat seadanya.
Belum diketahui berapa luas lahan yang terbakar di desa tersebut.
"Namun api terlalu besar dan angin bertiup kencang, sehingga masyarakat kewalahan memadamkan api," ujar Edy Afrizal, Senin (26/3/2018).
Untuk membantu pemadaman kebakaran, satu regu dan 2 unit mesin dikerahkan ke lokasi.
"Hari ini saya kerahkan personil Damkar ke sana untuk membantu pemadaman," ujar Edy Afrizal.
Desa Tenggayun Raya, Kecamatan Rangsang Pesisir bukan satu-satunya daerah yang mengalami kebakaran lahan di Kepulauan Meranti.
Sebelumnya, lahan di Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur kembali berasap setelah dipastikan padam total pada awal Maret lalu.
Baca: KPK Periksa Empat Saksi Termasuk Pejabat, Terkait Kasus Korupsi Pembangunan Jalan di Bengkalis
Baca: Rencana 2 Ujicoba Sebelum Kick Off Buyar, Hanya Ada Turnamen di Pangkalan Bagi PSPS
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Meranti, Edy Afrizal mengakui titik api tersebut ditemukan di bekas lahan yang terbakar hebat pada Februari lalu.
Titik api ttersebut kata Edy jelas terpantau oleh satelit Aqua pada Sabtu (24/3/2018) kemarin.
Tingkat kepercayaan titik api mencapai 60 persen.
Edy mengungkapkan, berdasarkan titik koordinat lokasi, titik api berdekatan dengan lahan konsesi PT NSP.
"Saya sudah sampaikan ke pihak perusahaan untuk melakukan kroscek ke lapangan, karena lokasinya berdekatan dengan konsesi mereka," ujar Edy, Minggu (25/3/2018).
Edy menduga, titik api berasal dari tunggul kayu yang luput dari pemadaman.
Namun, bara api tersebut kata Edy, tidak mengakibatkan kebakaran lahan.
"Hanya mengeluarkan asap saja, tidak mengakibatkan kebakaran," ujarnya.
Humas PT NSP, Setyo Budi Utomo mengakui adanya kepulan asap di Desa Lukun Kecamatan Tebingtinggi Timur.
Namun Budi mengatakan, asap tersebut bukan berasal dari lahan konsesi mereka.
Kepulan asap tersebut kata Budi, berasal dari lahan masyarakat.
Baca: Tersangka Kasus Tipikor PTT Diskes Lakukan Perlawanan, Ajukan Praperadilan ke PN Pelalawan
Baca: Harga BBM dan Sembako Naik, SBY Bandingkan Kondisi di Eranya: Harus Ambil Resiko
"Kalau lahan konsesi kami sudah padam total, tidak ada lagi asap. Kepulan asap terjadi di lahan milik masyarakat yang terbakar kemarin," ujar Budi, Minggu (25/3/2018).
Ia juga mengaku telah mengerahkan 15 personil pemadam perusahaan ke lokasi untuk melakuan pemadaman.
Hingga hari ini kata Budi, personil pemadam dari PT NSP masih berada di lokasi untuk melakuan pendinginan.
"Sekaligus berjaga-jaga agar bara tidak menyala dan merembet ke lahan lainnya," ujar Budi.(*)