Bukan Cuma Batu Bata, Tim BPCB Juga Temukan Benda Kuno Ini di Kawasan Candi Muara Takus
Tim dari BPCB Sumatera Barat-Riau-Kepulauan Riau dibantu Dinas Kebudayaan Riau menyelesaikan ekskavasi di kawasan Candi Muara Takus, Sabtu.
Penulis: Fernando Sihombing | Editor: Ariestia
Laporan Wartawan Tribunpekanbaru.com
TRIBUNPEKANBARU.COM, BANGKINANG - Tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat-Riau-Kepulauan Riau dibantu Dinas Kebudayaan Riau menyelesaikan ekskavasi di kawasan Candi Muara Takus, Sabtu (28/4/2018).
Tim menemukan bukan hanya batu bata kuno saja.
Ketua Tim Ekskavasi, Nedik Tri Nurcahyo mengungkapkan, bersama batu bata juga ditemukan pecahan diduga gerabah.
Pihaknya belum memastikan nama benda gerabah itu.
"Kemungkinan periuk atau belanga yang terbuat dari tanah liat," ungkap Nedik, Minggu (29/4), pada Tribunpekanbaru.com.
Mereka membawa semua pecahan gerabah yang ditemukan. Jika memungkinkan, pecahan gerabah akan disusun kembali untuk mengetahui nama benda dari bentuknya.
Baca: Awalnya Telur Burung Gajah Ini Dianggap Replika, 79 Tahun Kemudian Inilah Hasil Penelitiannya
Nedik mengatakan, di sekitar gerabah juga ditemukan bekas bakaran. Menurut dia, bekas bakaran itu diketahui dari tanah kehitaman karena diduga bercampur dengan arang.
Kesimpulan tim sementara, ungkap Nedik, ada kehidupan di daerah itu.
Bisa saja perkampungan atau aktivitas manusia di masa dahulu. Namun kapan waktunya, diperlukan penelitian mendalam.
Tim membawa pecahan batu bata dan gerabah. Adapun batu bata yang diambil dari lokasi ekskavasi yakni, serpihan maupun pecahan dengan berbagai bentuk dan ukuran.
batu bata paling besar berukuran 27x15 sentimeter dengan ketebalan 5 sentimeter.
Benda-benda itu akan dikirim ke laboratorium Balai Konservasi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Sebab BPCB yang berkedudukan di batu Sangkar tidak mempunyai alat laboratorium untuk meneliti kepurbakalaan benda tersebut.
Baca: Gali Kolam Renang Tua, Pekerja Konstruksi Kaget Temukan Puluhan Tengkorak Manusia
Nedik mengatakan, penelitian terhadap benda kuno di Balai Konservasi Borobudur dilakukan oleh tim ahli yang berbeda. Ia memperkirakan, butuh dua bulan untuk dapat menyimpulkan nilai sejarah pada benda tersebut.
Sebelumnya, Nedik mengemukakan, tim tidak menemukan kontruksi dentan bentuk tertentu yang terpendam di dalam tanah.
Namun pihaknya berasumsi, benda-benda tersebut masih bagian dari kehidupan zaman dahulu.
Ia menyebutkan beberapa alasan yang mendasari perkiraan tim bahwa benda kuni seperti batu itu dibuat jauh sebelum masa sekarang.
Ia menyebutkan, salah satunya posisi dimana batu ditemukan.
Baca: Alamak, Gara-gara Durian Busuk, 500 Mahasiswa dan Dosen Terpaksa Dievakuasi
Ia menjelaskan, batu berada di dalam lapisan tanah yang terbentuk secara alami. batu itu tertimbun di dalam tanah hasil sedimentasi.
"Kalau dari stratifikasi tanahnya, batu di dalam tanah yang terbentuk secara alami. Bukan dari unggukan-unggukan tanah," ujar Nedik.
Tim juga mewawancarai beberapa orang tua di sekitar candi untuk lebih menguatkan perkiraan tahun pembuatan batu. Informasi yang menyebut batu itu sisa pemugaran candi pada tahun 1990-an, terbantahkan melalui wawancara.
"Dari wawancara dengan orang tua di sekitar candi, nggak ada pemugaran di tahun 1990-an seperti diinformasikan," katanya. (*)