Ramadan 1439H

Cara Membuat Nata De Coco di Rumah,Menu Segar dan Nikmat untuk Buka Puasa Nih

Nata de coco ialah bahan padat seperti agar-agar tapi lebih kenya) atau kolang-kaling (tapi lebih lembek sedikit), berwarna putih transparan

istimewa

Energi yang timbul dipakainya untuk menjalahkan proses pertukaran zat dalam tubuhnya.

Meskipun sama-sama karbohidratnya dengan zat pati dan gula glukosa, namun selulosa lebih sukar dicerna. Misalnya selulosa dari serabut kasar kulit buncis. Kadang-kadang malah ada yang tidak bisa dicerna sama sekali, seperti serat kapas yang meliputi biji, misalnya.

Wah! Apa jadinya, kalau kita makan selulosa dari nata de coco itu?

Sebenarnya, selulosa yang masuk ke dalam badan kita bersama makanan sehari-hari juga tidak sedikit. Tidak apa-apa! Sayur dan buah-buahan seperti kacang panjang (yang sudah dipendekkan), emping melinjo, kangkung cah, buah nangka, semuanya mengandung selulosa yang kita telan sehari-hari (dan tidak apa-apa).

Bahan ini malah memegang peranan penting sebagai pendorong pencernaan makanan kita. Karena merupakan subal yang memperbesar volume dari bahan makanan lembek yang sudah masuk ke dalam usus, maka selulosa merangsang usus itu untuk bergerak mendorong massa makanan ke arah 'pintu belakang' dengan lancar. Tidak macet di tengah kamar kecil.

Jangan sampai ambrol

Untuk memperoleh nata de coco sebagai hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum, kita boleh mulai dengan 50 liter air kelapa, atau 2 ½ jeriken plastik 20 literan. Ini sudah cukup banyak untuk dijadikan delapan puluh botol (selai) nata de coco.

Baca juga: Buka Puasa Tanpa Kurma Kurang Afdol, Bagaimana Bila Bulan Puasa Jatuh Di Luar Musim Kurma?

Setelah disaring dengan kain mori (supaya betul-betul bebas kotoran), air kelapa itu mula-mula direbus sampai mendidih dulu. Maksudnya tidak lain supaya benih kuman bakteri macam-macam yang nebeng dalam air itu bisa ditumpas semua.

Jadi tidak mengacau proses fermentasi yang ingin kita lakukan dengan biakan Acetobacter xylinum murni nanti.

Sesudah didinginkan kembali, air kelapa bersih itu dituang kedalam bak pencampur, dan dibubuhi  gula pasir (sebaiknya dilarutkan dalam sejumlah air bersih sedikit dulu) sebanyak 20 kg. Lalu seluruhnya dibubuhi asam cuka 5% sebanyak 1 liter.

Cuka 5% ini sudah cukup pekat untuk membuat suasana asam bagi Acetobacter, agar bekerja giat merombak molekul gula menjadi molekul selulosa.

Setelah diaduk sampai rata dengan pengaduk plastik yang juga sudah disterilkan, cairan dibubuhi starter (biang) bakteri nata, Acetobacter xylinum, lalu diaduk terus sampai biang itu pun tercampur rata.

Cairan lalu dituang ke dalam sejumlah wadah dangkal yang lebih kecil (misalnya panci bergaris tengah 20-30 cm setinggi 20 cm, atau wadah lain dari gelas sebesar itu), yang berlaku sebagai pt fermentasi. Tapi menuangkannya jangan sampai lebih dari 15 cm tingginya (atau dalamnya).

Cairan sedangkal 15 cm ini dimaksudkan agar yang terlibat dalam proses nanti hanya cairan seperlunya saja. Tidak banyak yang akan terbuang mubazir sebagai cairan bawah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved