Gadis Ini Mencoba Gunakan Vape, 3 Minggu Kemudian Ia Dilarikan ke UGD, Ini yang Terjadi
Gadis ini memutuskan mencoba rokok elektrik, vape. Sayangnya, ia harus membayar harga yang mahal untuk percobaannya ini.
Uap inilah yang dihirup oleh para pengguna untuk dihembuskan kembali dalam asap yang tebal. Cairan yang biasanya mengandung perasa ini sebenarnya terdiri dari propilen glikol, gliserin, dan nikotin.
Untungnya, gadis ini segera mendapatkan perawatan yang tepat.
Dia mendapat infus methylprednisolone yang biasa digunakan untuk mengatasi alergi parah. Meski begitu, masih belum diketahui seberapa sering kasus serupa terjadi.
"Sulit berspekulasi tentang seberapa sering ini bisa terjadi, namun ada beberapa laporan kasus yang melibatkan orang dewasa yang mengembangkan gangguan pernapasan setelah penggunaan rokok elektronik ini," ujar Sommerfeld.
"Karena penggunaan vape meningkat, kita akan melihat lebih banyak laporan kasus dan efek sampingnya," sambung Sommerfeld.
Baca: Postingan Foto Korban atau Peristiwa Bom Surabaya Tidak Tampil di Facebook, Ini Penyebabnya
Sommerfeld juga menjelaskan karena produk cairan vape mengandung nikotin maka ada beberapa efek samping yang terjadi.
"Vaping bisa menyebabkan efek samping termasuk pusing, sakit kepala, mual, jantung berdebar, kecemasan, dan sulit tidur. Nikotin diketahui membuat kecanduan, anak-anak bisa kecanduan rokok elektrik," jelasnya.
Baca: Inilah 200 Penceramah yang Jauh dari Ajaran Intoleran dan Radikal, Silahkan Dicek
Sommerfeld sebenarnya setuju bahwa vaping "menormalkan" kebiasaan merokok. Tapi menurutnya, untuk alasan seperti kasus ini, vaping dan penggunaan rokok elektronik lain harus dimasukkan dalam kategori "perilaku berisiko".
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Minggu Coba Vape, Gadis AS Kena Paru-paru Basah", https://sains.kompas.com/read/2018/05/18/122000023/3-minggu-coba-vape-gadis-as-kena-paru-paru-basah.