Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sejarah Kelam Indonesia vs Malaysia di Piala Thomas, Istilah Serumpun Berubah Jadi Bebuyutan

Malaysia atau Malaya saat itu mau tidak mau memang merasa terganggu dengan "ancaman dari selatan," Indonesia.

Editor: Muhammad Ridho
PP PBSI
Tim Piala Thomas Indonesia 

Namun tindakan penonton tak dapat dibenarkan oleh Wasit Kehormatan Federasi Bulu Tangkis Internasional (IBF) asal Inggris, Herbert Scheele.

Ia meminta  panitia dan bahkan pengurus PBSI untuk meredakan penonton. Ketika diabaikan, Scheele meminta pertandingan dihentikan dan dilanjutkan keesokan harinya tanpa penonton.

Pihak Indonesia menolak. Piala Thomas pun melayang ke Kuala Lumpur. Indonesia memang jauh lebih sukses daripada Malaysia di ajang Piala Thomas.

Sama-sama telah 27 kali berpartisipasi, Indonesia tercatat 13 kali menjadi juara dan 6 kali runner up. 

Indonesia menjadi juara pada 1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000 dan 2002. Enam  di antaranya dengan mengalahkan Malaysia di final.

Sementara Indonesia gagal enam kali di final, dengan dua kalinya melawan Malaysia (1967 dan 1992).

Malaysia sendiri juga sudah 27 kali ikut putaran final, dengan lima kali menjadi juara (1949, 1952, 1955, 1967, 1992) dan sembilan kali menjadi finalis.

Indonesia telah menjadi tuan rumah Piala Thomas sebanyak 8 kali dengan Malaysia (dan Malaya) menjadi tuan rumah juga delapan kali.

Setiap kali melakukan pertandingan tandang, selalu ada keluhan dari tim tamu.

Malaysia mengalaminya di Jakarta, pemain Indonesia pun merasakan atmosfer pemusuhan setiap kali bertanding di Malaysia.

Cerita tentang kejamnya penonton Istora Senayan terhadap para pemain Malaysia pada Piala Thomas 1967 telah menjadi catatan sendiri dalam sejarah bulu tangkis.

Namun para pemain Indonesia pun merasakan hal serupa setiap kali bermain di Kuala Lumpur.

Peraih medali emas Olimpiade 1992, Alan Budi Kusuma, merasakan hal tersebut saat Indonesia kalah di final menghadapi tuan rumah Malaysia pada 1992.

"Perlakuan berbeda sudah dirasakan sejak kami keluar hotel. Terkadang kami harus menunggu bus jemputan lama sekali. Begitu muncul, yang datang bus penjara. Istilah ini mereka berikan sendiri, karena busnya tanpa AC dan memiliki jeruji besi," kata Alan.

Teror juga datang dari suasana di stadion negara tempat berlangsungnya final. Para pendukung Malaysia membawa poster bertuliskan "Garuda falls.."

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved