Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Siak

Inilah Kisah Dentuman Meriam yang Mendebarkan di Tepian Bandar Sungai Jantan

Lentam -lentum tembakan meriam di tepian bandar sungai jantan, Selasa (12/6/2018) malam membuat perasaan sangat mendebarkan.

Penulis: Mayonal Putra | Editor: Budi Rahmat
Tribun Pekanbaru/Mayonal
Peserta festival meriam bambu bersiap mendentumkan meriamnya di tepian bandar sungai jantan, sungai Siak, Selasa (12/6/2018). 

Hal tersebut di atas dikatakan oleh Fauzi Asni dilokasi berlangsungnya festival. Bahkan, festival meriam bambu digelar untuk mewarisi tradisi masa lalu kepada generasi sekarang.

Baca: Alasan Sesungguhnya Lopetegui Dipecat Timnas Spanyol, Sang Pelatih Telah Langgar Nilai Etik!

"Kita buat kegiatan ini, teradisi bunyi meriam buluh (bambu) ini sudah ada sejak masa kerajaan, namun seiring perkembangan zaman tradisi ini hilang, makanya kita wariskan tradisi ini kepada generasi sekarang," kata dia.

Menurutnya, sebagai daerah tujuan wisata kabupaten Siak harus memiliki event sebagai pendukung objek wisata yang sudah ada. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang berwisata ke kabupaten Siak.

Tokoh masyarakat Siak, Said Muzani menyebut meriam bambu di masyarakat Siak adalah tradisi sejak zaman kerajaan dahulu. Tetapi dia tidak menyebut sultan yang keberapa yang memulainya.

"Begitu juga di bulan Ramadhan sebagai pertanda Ramadhan sudah masuk mengabarkan ke seluruh pelosok negeri maka dibunyikan meriam karena pada masa dahulu tidak ada alat komunikasi," ungkap Muzani.

Baca: Dinkes Inhil Siagakan 345 Tenaga Kesehatan Pada Musim Mudik 2018

Bahkan menurut dia, untuk menandakan datangnya 1 syawal ditandai dengan menyalakan lampu colok di depan rumah masyarakat dan didentumkan meriam bambu. Para remaja tanggung membuat meriam dari bambu untuk dibunyikan saat bulan sya'ban menjelang Ramadan dan malam 7 likur 27 Ramadan menjelang masuk Syawal.

"Seperti saat ini memasukk malam 7 likur atau 27 Ramadan lampu colok dan bunyi meriam dimainkan oleh anak bujangtangung, juga menandakan 1 Syawal akan datang," kata dia.

Apapun sejarah dan tujuan yang ingin dicapai, festival itu sudah menyedot perhatian warga. Sedikitnya ada 46 peserta yang ikut bertanding pada festival ini. Juara 1-3 didominasi oleh peserta dari Paluh. Rencananya, festival meriam ini bakal terus digelar pada Ramadan-ramadan tahun mendatang. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved