Tembak Muka Sendiri Usai Diputus Pacar, Gadis Ini Jalani Transplantasi Wajah Terlama, 31 Jam !
Diputus pacar setelah memergoki ada pesan dari gadis lain di ponsel sang kekasih. Sedih dan kecewa Katie pun mencoba bunuh diri.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Empat tahun lalu Katie Stubblefield mencoba mengakhiri hidupnya di kamar mandi di rumah kakak laki-lakinya di Mississippi, Amerika Serikat.
Dia menembak wajahnya dengan senjata api.
Akibatnya mengerikan, Katie bertahan hidup dengan luka yang menyebabkan wajahnya rusak.
Kini wanita berusia 22 tahun itu, ia menjadi orang termuda di Amerika Serikat yangmenerima transplantasi wajah.
Dilansir Daily Mail, Katie menembak dirinya sendiri dalam upaya bunuh diri yang gagal.
Baca: Pernah Diculik dan Disiksa Belanda - Kisah Mahmud Marzuki Pengibar Merah Putih Pertama di Kampar
Baca: Live Streaming SCTV Timnas U-23 Indonesia vs Palestina Asian Game 2018,Ini Head to Head
Namun dia tidak ingat hari kelam di saat dia berusia 18 tahun tersebut.
Keluarga menceritakan pada National Geographic bahwa Katie sebenarnya adalah gadis yang menyenangkan. Ia memiliki selera humor yang cerdas.
Gadis itu sangat dekat dengan kakak perempuannya, Olivia dan kakak laki-lakinya, Robert.
Tapi seiring berjalannya waktu, keluarga melihat gadis itu berubah. Ia mulai memaksakan dirinya menjadi yang terbaik di dunia akademis dan olahraga.
Ketika dia berusia sekitar 16 tahun, orang tuanya Alesia dan Robb, membawa keluarga pindah ke Kentucky, kemudian setahun kemudian ke Oxford, Mississippi.
Baca: Resah dengan Pelaksanaan Kukerta, Mahasiswa UNRI Datangi LPPM
Di sekolah baru Katie bertemu seorang teman lelaki yang segera menarik perhatiannya.
Keduanya mulai berpacaran dan Katie mulai berbicara soal 'cinta' dan 'pernikahan'.
Remaja lelaki itu menjadi orang yang menguatkan Katie di saat mengalami masalah kesehatan parah.
Januari 2014, di tahun terakhirnya, Katie menjalani operasi usus buntu kandung empedu diangkat.
Namun pada 25 Maret tahun yang sama, Katie melihat pesan di telepon pacarnya yang berasal dari gadis lain.
Ketika dia mencoba meminta penjelasan dari pacarnya, sang kekasih malah mengakhiri hubungan mereka.
Dengan perasaan sedih kecewa, Katie pergi ke rumah kakaknya.
Setelah beberapa saat, dia pergi ke kamar mandi dan menembak dirinya sendiri di bawah dagu menggunakan senapan berburu, kaliber .308.
Sang kakak, Robert, mengatakan pada National Geographic, dia bergegas ke lantai atas saat terdengar letusan.
Ia menemukan Katie di lantai, dan 'wajahnya hilang'.
Selama beberapa tahun Katie dibawa dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya demi mengembalikan wajah yang rusak.
Keluarga terus berpaya mati-matian untuk menyelamatkan hidup wanita muda itu.
Pada 2 Mei 2014, Katie dipindahkan ke Ohio. Hal pertama, mereka memperbaiki struktur tulangnya, termasuk hidungnya, saluran hidung dan rahangnyam
Hingga ia pun dinyatakan stabil pada akhir 2015. Katie berada dalam daftar pasien transplantasi sejak Maret 2016.
Ketika mereka menunggu donor, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Baca: Nyaman Sebagai Pengacara, Hotman Paris Tak Tertarik Jadi Jubir di Pilpres 2019
Sebelum operasi, mata Katie tidak sejajar dan terpisah jauh. Jadi pada awal April 2016, ahli bedah memotong tulang di sekitar matanya, dan memasang alat ke wajahnya.
Alat ini terdiri dari piringan logam di setiap pipinya, dengan dua batang logam yang menghubungkannya, yang dapat diatur sesuai dengan tulangnya.
Sementara alat itu masih berfungsi, mereka melakukan hal lain demi mempersiapkan wajahnya untuk transplantasi.
Pada 15 April, dokter membuang beberapa jaringan wajah yang berisiko infeksi.
Beberapa hari kemudian mereka memasukkan pengembang jaringan otot di pipi kanannya untuk meregangkan kulit dan membuatnya lebih mudah untuk digunakan.
Seminggu kemudian, mereka memasang lebih banyak pelat di sekitar matanya agar tetap di tempatnya.
Harapannya untuk mendapatkan wajah pengganti terkabul.
Di awal Mei 2017, muncul seorang donor, Adrea Schneider, ibu satu anak yang meninggal akibat overdosis Narkoba di usia 31 tahun.
Putra Adrea yang berusia 15 tahun tahu bahwa ibunya telah menyelamatkan nyawa tujuh orang berkat sumbangan organ.
Tetapi dia masih tidak tahu kalau wajah Adrea akan digunakan, kata National Geographic.
Katie tidak akan terlihat mirip Adrea, karena struktur pembangun wajahnya dibuat berbeda.
Katie diterapi selama berjam-jam dan menjalani pemeriksaan psikologis untuk memastikan dia siap dioperasi.

Pada operasi 4 Mei 2017, melibatkan 11 ahli bedah dan teknik virtual reality, yang berlangsung semalam.
Ada 15 spesialis yang terlibat dalam operasi Katie.
Ahli bedah harus mengganti kulit kepalanya, hidung, pipi bagian atas, rahang atas, setengah rahang bawahnya, dahi, kelopak mata, rongga mata, otot, kulit dan sebagian besar saraf wajahnya.
Ini termasuk menghubungkan pembuluh darah wajah Adrea ke wajah Katie, untuk memungkinkan aliran darah ke wajah.
Ada banyak tantangan untuk operasi, kata Dr Gastman.
Ia berharap operasi itu sukses sehingga Katie memiliki kehidupan yang berjalan baik.
"Tujuan utamanya adalah, dalam satu operasi besar, untuk mengembalikan bentuk dan fungsinya. Itu adalah tujuan utama, dan kemudian memberinya kesempatan untuk rehabilitasi secara psikologis," katanya.
Dia menambahkan, Katie akan bisa bernafas, berbicara, mengunyah dan mengekspresikan emosi dengan lebih efektif, semua hal yang tidak dapat dia lakukan sejak dia remaja.
Katie membuat sejarah dengan menjalani 31 jam operasi di Klinik Cleveland untuk transplantasi muka yang akan memulihkan struktur wajahnya.
Ini memungkinkannya untuk mengunyah, menelan, dan bernapas. secara independen untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.
Katie boleh pulang dari rumah sakit 1 Agustus 2017. Dia sekarang terus mengkonsumsi obat imunosupresan dan menjalani terapi untuk belajar kembali cara berjalan, bergerak, berbicara, dan membaca Braille.
"Saya mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup sekarang," kata Katie (22) dalam sebuah film dokumenter National Geographic.
Film ini dirilis dengan judul 'The Story of a Face,' yang mengungkapkan perjuangannya mendapatkan wajah baru.
Katie adalah orang ke-40 di dunia yang menerima transplantasi wajah, dan yang ketiga di Klinik Cleveland, yang dianggap sebagai pelopor dalam rekonstruksi wajah di AS.
Namun, dia berbeda dengan yang penerima donor sebelumnya. Bukan hanya yang termuda, tetapi juga menjadi pasien yang menjalani transplantasi wajah terpanjang yang pernah dilakukan. (*)