Tak Hanya di Pekanbaru, Kasus Siswa SMP Sayat Tangan juga Terjadi di Lampung Tengah, Ada 41 Orang!
Aksi yang dipicu tontotan di sosial media, terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Beberapa waktu belakangan ini masyarakat Pekanbaru dihebohkan dengan tindakan 55 siswa SMP yang nekat menyayat tangannya.
Setelah ditelusuri, aksi menyayat tangan itu tidak terkait dengan pengaruh atau efek dari mengonsumsi salah satu minuman berenergi.
Melainkan, perbuatan tak semestinya itu terjadi lantaran anak-anak tersebut menonton sebuah video di media sosial, yang memperlihatkan aksi menyayat tangan.
Kasus sayat tangan massal ternyata juga terjadi di Lampung.
Aksi yang dipicu tontotan di sosial media, terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Seperti yang dilansir TribunPekanbaru.com dari Tribun Lampung, sebanyak 41 murid, terdiri dari 33 siswi dan 8 siswa, kedapatan melakukan sayat tangan.
Pihak sekolah belum bisa memastikan penyebab para siswa melakukan sayat tangan massal.
Baca: Soroti Kasus Siswi SMP Sayat Tangan Setelah Menonton Video di Medsos, Ini Kata Psikolog Anak
Baca: Rapat Gabungan Instansi Terkait 55 Siswa di Pekanbaru Sayat Tangan, Ini Hasil Pertemuannya
Baca: VIDEO: Kebal Sayatan Pisau, Warga Kampar Ini Mengaku Berguru Sejak Tahun 1980-an
Sedangkan kepolisian mensinyalir puluhan murid SMPN 1 Gunung Sugih meniru perilaku siswi SMP di Pekanbaru, Riau, dan adegan-adegan yang jadi tren di YouTube.
Sebelumnya, sayat tangan massal juga terjadi di SMP Surabaya, Jawa Timur, yang dipicu faktor psikologi.
Bupati Lampung Tengah, Loekman Djoyosoemarto, berharap tidak terjadi lagi kasus serupa di lingkungan sekolah.
"Dinas Pendidikan dan pihak sekolah harus mengawasi perbuatan siswa selama di sekolah. Jangan sampai tontonan mereka mengganggu konsentrasi belajar. Peristiwa seperti ini jangan terulang lagi," kata Loekman, Kamis.
Terungkapnya perilaku negatif para siswa berawal dari kecurigaan seorang guru.
Saat sedang pelajaran olahraga di sekolah, Senin (1/10/2018), guru tersebut melihat beberapa bekas luka garis di tangan sejumlah siswa.
Pihak sekolah kemudian melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Hasilnya, sebanyak 33 siswi dan 8 siswa dari 20 kelas, kedapatan melakukan aksi sayat tangan.
Berdasarkan penelusuran awal pihak sekolah, sebagian besar siswa yang menyayat tangan mengaku mengonsumsi minuman kemasan yang dijual di kantin sekolah. Minuman tersebut dijual seharga Rp 1.000.
Namun, setelah berbagai pihak berkoordinasi, diketahui 41 siswa itu menyayat tangan sendiri karena terobsesi dari tayangan video di YouTube.
Tontonan itu kemudian dipraktikkan dan diperlihatkan serta diperkenalkan ke setiap teman-temannya.
Kepala SMPN I Gunung Sugih, Suharno, mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah perbuatan puluhan siswa menyayat tangan karena halusinasi akibat mengonsumsi minuman ringan atau faktor lainnya.
"Disebutnya (siswa melukai tangan) karena mereka minum minuman energi yang dijual di kantin," kata Suharno, Kamis (4/10).
"Sudah kita tanya ke para siswa, ternyata tidak semua murid yang menggores tangannya minum itu (minuman kemasan)," imbuhnya.
Untuk memastikan apakah minuman berenergi tersebut mempengaruhi perilaku siswa, Suharno berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti para wali murid, kepolisian, hingga Dinas Kesehatan (Diskes).
"Minuman yang disebut pun sudah uji laboratorium di Balai POM Lampung. Hasilnya, yang sudah kami dapat bahwa negatif tidak ada kandungan zat berbahaya," jelasnya.
"Jadi, tidak ada kaitannya minuman itu dengan aksi gores tangan yang dilakukan anak-anak saya. Sama sekali tidak ada," kata Suharno.
Kapolsek Gunung Sugih, Inspektur Satu Polisi Yuswantoro, mengatakan, para siswa tersebut melakukan penggoresan lengan pakai silet.
Ia menduga aksi itu karena mencontoh perilaku serupa siswi SMP di Pekanbaru yang bikin heboh pada pekan lalu.
"Namanya anak-anak, kemungkinan mereka meniru adegan yang sama yang ada di Riau. Kita sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah, orangtua siswa, dan puskesmas terkait perbuatan siswa-siswa tersebut," kata Yuswantoro, kemarin.
Kepolisian sudah meminta keterangan pihak sekolah dan puskesmas.
Yuswantoro mengatakan, aksi sayat tangan para siswa terjadi pada Senin (1/10) lalu.
Sebagian siswa melakukan sayat tangan di sekolah, dan sebagian lainnya di rumah masing-masing. (*)