Prostitusi Online Libatkan Mahasiswi, Ini 6 Fakta yang Perlu Kamu Ketahui
Belum lagi hilang soal kehebohan artis terlibat prostitusi berhasil di ungkap jajaran kepolisian, kasus serupa kembali terjadi di Pontianak
Prostitusi Online Libatkan Mahasiswi, Ini 6 Fakta yang Perlu Kamu Ketahui
TRIBUNPEKANBARU.COM - Belum lagi hilang soal kehebohan artis terlibat prostitusi berhasil di ungkap jajaran kepolisian, kasus serupa kembali terjadi.
Kali ini, Polda Kalbar melalui Subdit IV Ditreskrimum berhasil mengungkap kasus prostitusi di Kota Pontianak, Jumat (11/1/2019) malam sekitar pukul 20.00 WIB, di Hotel berbintang, Jalan Gajahmada Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar).
Dalam pengungkapan itu, polisi berhasil mengamankan mucikari dan dua korban.
Dari pengungkapan prostitusi online di Pontianak, ditemukan fakta-fakta terkuak.
1. Mucikari Berstatus Mahasiswi
Dalam pengungkapan, polisi berhasil mengamankan tiga orang di antaranya dua sebagai saksi korban dan mucikari.
Kedua korban yakni berinisial LK dan SC, serta tersangka mucikari yakni SC (25) warga Sui Jawi Dalam, Kecamatan Pontianak Kota.
2. Tarif Rp 3 Juta Sekali Kencan Untuk Dua Orang
Berdasarkan penuturan mucikari pada polisi, dua korban dijual dengan tarif Rp 3 juta untuk sekali kencan.

Baca: Aldiena Cena Sundari Jadi Saksi Prostitusi Artis, Ini Transformasinya Sebelum Jadi Selebgram
Baca: Fatya Ginanjarsari Disebut Terlibat Prostitusi Online, Begini Curhatan dan Doa Sang Ibunda
Baca: Bukan Karena Prostitusi Online, Ini Penyebab Fatya Ginanjasari Dipecat dari Yayasan Puteri Indonesia
3. Polisi Temukan Alat Kontrasepsi
Berdasarkan alat bukti yang amankan polisi, polisi berhasil mengamankan tiga unit ponsel, uang Rp 3 juta dan satu bungkus yang diduga alat kontrasepsi merek Sutera serta dua kunci kamar hotel.
4. Mucikari dan 2 Korban Ditangkap di Tempat Berbeda
Subdit IV Ditreskrimum berhasil mengamakan tersangka dan dua korban.
Dua saksi korban diamankan di kamar.
Sedangkan tersangka mucikari berinisial SA diamankan di cafe hotel.
5. Usia Mucikari dan 2 Korban Masih Muda

Dari informasi yang diberikan polisi, SA mucikari yang masih mahasiswi itu ternyata masih muda.
SA melakoni pekerjaaannya ini di usia 25 tahun.
SA menawarkan dua orang perempuan LK (26) dan SC (32) kepada anggota polisi yang sedang melakukan penyamaran.
Baca: Ada 11 Hewan di Gambar Ini, Hewan Pertama yang Kamu Lihat akan Ungkap Karaktermu yang Sebenarnya
Baca: Fotonya Ada di Baliho Prabowo-Sandi, Gatot Nurmantyo Minta Diturunkan Secepatnya
Baca: Ustadz Arifin Ilham Tulis Pesan Tentang Kematian di Facebook, Banjir Doa dan Bikin Nangis
6. Jualan Lewat Media Sosial
SA sang Mucikari menjual korbannya lewat media sosial.
Hal itu diketahui dari informasi polisi yang didapat dari pengakuan sang mucikari.
Ingin Ubah Hidup Secara Instant Penyebab Seseorang Terjun di Dunia Prostitusi

Prostitusi menjadi satu di antara permasalahan yang dihadapi masyarakat urban.
Hal inipun lantas menjadi tantangan Pontianak sebagai kota besar, terutama setelah diungkapnya praktik prostitusi online beberapa waktu lalu.
"Ini fenomena kehidupan masyarakat modern. Apalagi Pontianak ini, bisa dibilang masuk 10 kota besar di Indonesia," nilai pengamat sosial, M Sabran Achyar, Sabtu (12/1/2019).
Secara sosiologis, katanya, merebaknya praktik prostitusi online sejatinya berakar dari sikap mental masyarakat yang menginginkan bisa mendapatkan apa yang diinginkan secara instan.
Terutama kebutuhan ekonomi yang timbul sebagai akibat budaya hedonis di tengah masyarakat perkotaan itu sendiri.
Baca: Muncul Artis Cathy Sharon Berbusana Seksi di Blog, Presenter Cantik Ini Datangi Polda Metro Jaya
Sikap mental semacam ini, seakan tumbuh subur di masyarakat perkotaan.
Di mana kemewahan menjadi standar sosial dan gaya hidup.
Kondisi ini mendorong beberapa individu untuk tak menghiraukan norma-norma sosial.
Berani menabrak rambu-rambu sosial demi mencapai apa yang diinginkan secara instan, selama kebutuhan gaya hidup bisa dipenuhi.
"Mereka (para pelaku) relatif cenderung ingin mengubah nasib secara instan. Bagaimana dengan tarif yang ditetapkan, mereka bisa memenuhi kebutuhan gaya hidupnya di kota," katanya lagi.
Ada kecenderungan dan anggapan bahwa kebutuhan masyarakat perkotaan seakan memang lebih tinggi.
Meskipun itu sebenarnya hanya datang dari tuntutan gaya hidup urban saja.
Drive sebagai social climber ini, membuat beberapa individu tak ragu melakukan hal-hal yang melanggar norma sosial.
Termasuk menceburkan diri ke dalam dunia hitam prostitusi. (*/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/HADI SUDIRMANSYAH/ISHAK/
Yuk Follow Instagram @tribunpontianak.