Uang SPP Belum Bayar, Murid SD Ini Mengaku Disuruh Push UP hingga 100 Kali, Akibatnya Trauma Berat
Uang SPP Belum Bayar, Murid SD Ini Mengaku Disuruh Push UP hingga 100 Kali, Akibatnya Trauma Berat
TRIBUNPEKANBARU.COM- GNS seorang murid sekolah dasar dipanggil kepala sekolah melalui kakak kelasnya.
Ia pun kemudian menghadap kepala sekolah sesuai dengan informasi yang disampaikan kaka kelasnya itu.
Saat menghadap Kepala Sekolahnya itu, GNS kemudian diminta untuk push up.
Baca: Bisa Hidup Mewah, Penghasilan Youtuber Populer Indonesia Capai Puluhan Miliar, Ini Daftarnya
Pengakuannya, ia disuruh push up sebanyak 100 kali.
Hukuman push up tersebut diberlakukan pada GNS karena belum melunasi uang SPP.
Kini, GNS tidak mau lagi masuk sekolah. Ia trauma berat karena harus diminta push up.
Kejadian tersebut terjadi di sebuah sekolah di kawasan Bojonggede, Kabupaten, Bogor.
Seorang siswi sekolah dasar (SD) swasta dihukum push-up 100 kali karena belum melunasi uang sumbangan pembinaan pendidikan atau SPP.
Baca: Berikut Identitas Korban Meninggal dan Luka Dalam Kecelakaan Bus di Tol Cipularang
Orangtua GNS tak punya biaya sehingga belum melunasi biaya pendidikan.
Karena hukuman tersebut, GNS (10) trauma berat hingga tidak mau lagi datang ke sekolah.
GNS mengatakan, peristiwa itu dialaminya pada pekan lalu, di salah satu sekolah kawasan Bojonggede, Kabupaten, Bogor.
"Lagi belajar tiba-tiba dipanggil kakak kelas, untuk menghadap kepala sekolah, enggak tahu kenapa," ucap GNS di di kawasan Kampung Sidamukti, RT 005 RW 010, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Depok, Jawa Barat.
Setelah menghadap ke kepala sekolah, GNS diminta push-up 100 kali.
Baca: Panjang Nama Anak Ini 19 Kata, Bagaimana Cara Mengisi Nama di KTP-nya ?
"Yang nyuruh kepala sekolah. katanya belum dapat kartu ujian soalnya belum bayaran," ucap GNS dengan mata berkaca-kaca.
Menurut dia, hukuman push-up bukan kali ini diterimanya.
Ia sudah dua kali dihukum seperti itu.
Selain itu, kata dia, siswa lain pun ada yang dihukum sama dengannya.
"Pernah lagi waktu itu dihukum push up, tetapi cuma disuruh 10 kali. Dari kelas aku ada dua orang lagi yang disuruh push-up," ucap dia.
Akibat push-up ini, GNS mengalami sakit pada perutnya. Ia pun takut bersekolah lagi.
"Saya takut, takut disuruh push-up lagi (kalau datang ke sekolah)," ujar dia.
Baca: Taktik Cerdik 2 Pemuda Dapatkan Obat Penenang, Kelabui Dokter Berpura-pura Sakit. Lalu Menjualnya
Kejadian yang menimpa GNS ini membuat pihak keluarga berencana memindahkannya ke sekolah lain.
Pihak keluarga berharap, tidak ada lagi siswa di sekolah tersebut yang diperlukan demikian.
"Semoga tidak ada lagi yang diperlakukan seperti adik saya ini. Kasihan sudah 10 hari enggak mau sekolah dan enggak mau ketemu orang," ucap kakak dari GNS yang enggan disebutkan namanya.
Kepala Sekolah: Shock Therapy
Kepala Sekolah SDIT Bina Mujtama, Budi, membenarkan adanya hukuman push-up yang dilakukan oleh pihaknya kepada GNS.
Budi mengatakan, hukuman tersebut dilakukan karena GNS belum melunasi SPP selama berbulan-bulan.
“Sudah sangat banyak sih hampir 10 bulan lebih sih belum bayaran bahkan sudah sampai setahun dua tahun gitu,” ucap Budi.
Ia mengatakan, hukuman tersebut sebagai bentuk shock therapy pada GNS agar orangtuanya melunasi SPP.
“Jadi hanya shock therapy kita panggil saja, jadi memang kita lakukan (suruh push up) tapi tidak sampai sebanyak itu (100 kali) cuma 10 kali kok terus kita ajak ngobrol lagi anaknya. Kita juga mengerti kondisinya anak-anak masak kita suruh sampai sebanyak itu,” tutur Budi.
Meski hanya shock teraphy namun hukuman yang diberlakukan pada GNS telah membuatnya tidak mau lagi ke sekolah karena trauma. (*)