Info Kesehatan

Ssstt. . . Ternyata Sperma Terbaik Itu Memiliki Jadwal Lho. Waktunya Berhubungan Intim!

Begitulah hasil sebuah penelitian yang menyebutkan jadwal sperma sedang dalam performa tinggi.

shutterstock
ilustrasi sperma 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Ternyata, waktu untuk sperma aktif itu ada jadwalnya lhi.

sel sperma lebih aktif di bulan Juli dan Agustus, sehingga keberhasilan pembuahan lebih besar.

Begitulah hasil sebuah penelitian yang menyebutkan adanya jadwal sperma sedang dalam performa tinggi.

Seperti dilansir oleh dailymail. co.uk pada Juni tahun lalu, penelitian tersebut dilakukan dengan mengumpulkan data dari 5.188 lelaki di Italia.

Hasil menunjukkan, sel sperma lebih aktif di bulan Juli-Agustus, dibandingkan bulan lainnya.

Tak pelak, hasil penelitian itu pun dijadikan landasan bagi pasangan yang ingin mendapatkan buah hati agar lebih aktif dan teratur berhubungan intim pada Juli-Agustus.

Pasalnya, dengan keaktifan sel sperma yang lebih tinggi diyakini kemampuan berenangnya juga jauh lebih cepat.

Sehingga peluang untuk mencapai dan membuahi sel telur pun lebih besar.

Baca: Usai Berhubungan Intim, Sang Brondong Habisi Nyawa Juragan Keripik, Berikut Faktanya!

Baca: Berhubungan Intim dengan 2 Pria & Bingung Siapa Ayah Bayi,4 Cara Pastikan Ayah Kandung Tanpa Tes DNA

Baca: Dituduh Penyihir, Ibu dan Empat Anaknya Dihabisi Tengah Malam, Jasad Ditemukan dalam Sumur

Peneliti juga menduga, di musim panas, berbagai hormon yang mendukung kehamilan meningkat dan lebih seimbang dibandingkan bulan lain.

Testosteron misalnya, sangat dibutuhkan untuk mendukung kehamilan sehingga janin dapat tumbuh dan kuat.

Di samping hormon-hormon lain, seperti: estrogen, progesteron, hCG (human Chorionic Gonadotropin), dan lainnya yang juga penting.

Mungkin karena di musim panas, kondisi kesehatan masyarakat lebih sehat dengan dukungan cuaca yang hangat.

Baca: Tahun Baru Imlek 2019, SimaK Peruntungan Anda di Tahun Babi Tanah

Baca: VIDEO: Link Live Streaming Tottenham Hotspur vs Watford Liga Inggris, Live MaxStream beIN Sports

Baca: Tjahjo Kumolo Gosok Koleksi Batu Akik Jelang Tidur. Jumlahnya Lebih dari 500 Buah

Baca: Aksi Begal di Gang Perumahan, Dihantam Linggis hingga Berdarah, Chandra Ternyata Kenal dengan Pelaku

Sehingga membuat aktivitas di luar rumah jadi lebih sering dan suasana hati pun lebih menyenangkan.

Di sisi lain, penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap 20.000 kehamilan menunjukkan hasil yang mencengangkan.

Penelitian yang dilakukan pada 2004-2009 itu menunjukkan, pembuahan yang dilakukan pada bulan Juni lebih berisiko mengalami keguguran atau lahir prematur.

Meski belum pasti alasannya, tetapi para peneliti menduga karena bulan Juni adalah masa tanam dimana para petani menggunakan pestisida, racun ini kemudian menyebar ke udara dan terisap.

Kasus yang paling banyak ditemukan adalah spina bifida (tulang belakang tidak terbentuk sempurna) dan kematian mendadak pada bayi.

 Hasil penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Society for Reproductive Medicine ini juga menyebutkan, waktu terbaik untuk pembuahan adalah Desember.

Tetapi mengenai alasan yang lebih pasti, para peneliti belum menemukannya. Mungkin karena di bulan Desember, masyarakat berbahagia meraya kan liburan akhir tahun.

Menurut penelitian itu pun, pembuahan pada bulan Desember menghasilkan kelahiran tiga bayi lebih banyak per 200 kehamilan.

Meski demikian, kita perlu bijaksana dalam menanggapi hasil penelitian tersebut. Seperti diterangkan dr. Boy Abidin, SpOG, penelitian tersebut dilakukan di negara-negara yang memiliki empat musim (panas, dingin, gugur, semi), sementara di Indonesia hanya ada dua musim (kemarau dan hujan).

Baca: Jadwal Sholat Hari Ini Untuk Kota Pekanbaru dan Sekitarnya, Kamis, 31 Januari 2019

Baca: Saya Sudah Ngotot-ngotot, Dah Capek Saya, Inspektorat Siak Mengeluh Banyak Kontraktor Bandel

Baca: Crosser Cilik Siak Terancam Kesulitan Ikut Kejuaraan, Keluarga Kelimpungan Cari Sponsor

iStock
Hasil penelitian itu pun dijadikan landasan bagi pasangan yang ingin mendapatkan buah hati agar lebih aktif dan teratur berhubungan intim pada Juli-Agustus.
iStock Hasil penelitian itu pun dijadikan landasan bagi pasangan yang ingin mendapatkan buah hati agar lebih aktif dan teratur berhubungan intim pada Juli-Agustus. ()

Jika di sana musim panasnya (matahari muncul) berlangsung pada bulan tertentu saja, maka di Indonesia sepanjang tahun ada matahari dan aktivitas tidak berubah.

"Memang benar, salah satu persyaratannya adalah sperma harus aktif, tetapi jumlahnya juga harus mencukupi dan bentuknya pun harus baik," terang dr. Boy.

Ditambah lagi, kondisi rahim si wanita juga sehat, saluran ke sel telur baik, sel telur pun sudah matang dan siap dibuahi, serta hubungan intim yang dilakukan di masa subur.

"Jadi, kalau dilakukan di bulan Juli-Agustus, tetapi persyaratan persyaratan ini tidak terpenuhi, si wanita tetap akan sulit hamil," tambah dr. Boy.

Selain itu, kualitas sperma juga ditentukan banyak hal. Misalnya, kondisi hormon pria, kondisi lingkungan buah zakar, asupan nutrisi, kondisi kesehatan, pola dan gaya hidup,  serta lainnya.

Baca: TERUNGKAP, Rp 1,7 Triliun Temuan BPK di Riau Belum Ditindaklanjuti, Hasil Inventarisir BAP DPD RI

Baca: Polri Sebut Empat Daerah Rawan Keamanan Pileg 2019, Ini Dia Daftarnya

Baca: Polri Selidiki Dugaan Pidana Indonesia Barokah, Panggil Sejumlah Saksi Hingga Ahli

Sebenarnya, menurut dr. Boy, bila kita ingin membuktikan apakah penelitian tersebut bisa diaplikasikan di Indonesia, tidaklah sulit.

"Kita bisa menghitung angka kelahiran di bulan April-Mei. Jika kelahiran di bulan ini meningkat, bisa saja penelitian tersebut memang benar," katanya.

Kenapa kelahiran di bulan April-Mei? Bila dihitung dari pembuahan di Juli-Agustus, maka sembilan bulan ke depan, bayi akan dilahirkan, yakni di April- Mei.

"Tetapi saya belum membaca data kalau di bulan ini kelahiran bayi meningkat," lanjut dr. Boy.

Sementara jika pembuahan di bulan Juni yang katanya rentan dengan kelainan dan gangguan penyakit, mungkin karena di bulan tersebut sedang terjadi masa tanam bisa saja diterima.

Namun, jelas dr. Boy, ini masih dalam anggapan dan perkiraan yang belum diteliti lebih lanjut.

Namun yang jelas, kelainan pada bayi disebabkan oleh banyak hal, sangat kompleks, dan butuh penelitian lebih dalam. (*)

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved