Pekanbaru
SISWI SMP di Pekanbaru Riau Alami BULLY dan Pelecehan Seksual oleh Temannya, Area Sensitif Dipegang
Siswi SMP di Pekanbaru Riau diduga alami bully dan pelecehan seksual oleh temannya, area sensitifnya dipegang, Sekdako Pekanbaru mengingatkan
Penulis: Fernando | Editor: Nolpitos Hendri
"Sudah mendiskusikan apa sebenarnya yang terjadi. Alhamdulillah, ada titik temunya. Kami juga baru tahu, pas orangtua korban datang. Maka akan kami selesaikan segera," ujar Nawari.
Disebutkan Nawari, korban diketahui belum pernah melapor terkait dugaan pelecehan dan bullying yang dialaminya kepada sekolah.
Padahal, katanya, pihak sekolah selalu mengimbau kepada siswa, sekecil apa pun jika dibully, maka diharapkan melapor.
"Korban belum pernah melapor ke guru dan wali kelas, hanya ke orangtua. Kami juga akan mencari tahu penyebab dia dibully, dan akan kami jajaki lagi, apa sebenarnya yang terjadi," ungkap dia.
"Apakah memang hanya bergurau dan berlanjut, karena dia tidak pernah melapor. Kalau dia melapor tidak mungkin kami biarkan," imbuhnya lagi.
Sementara itu, seorang cewek cantik Pekanbaru kampanye Stop Bullying pada anak, dan ia miris melihat kasus bullying di sekolah, serta ia pernah terpilih jadi Duta Remaja Riau 2017.
Bullying dalam Bahasa Indonesia adalah penindasan atau perundungan atau perisakan, yang artinya penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Perilaku bullying ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik dan berakibat tekanan mental terhadap korban bullying.
Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.
Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber.
Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
Nah, kisha cewek cantik bernama lengkap Tabitha Naeema Christy ini bermula ketika ia miris melihat kasus bullying yang terjadi di sekolah-sekolah atau lingkungan di Pekanbaru.
Gadis cantik berusia 18 tahun ini sering mengkampanyekan stop bullying kepada anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
Sosialisasi dan penyuluhan terkait persoalan perilaku remaja dan pendidikan selalu dilakukan Bitha, demikian ia akrab dipanggil, sejak terpilih menjadi Duat Remaja Riau tahun 2017 silam.
Bitha dinobatkan sebagai Duta Remaja dalam ajang pemilihan yang diselenggarakan Dinas Pendidikan (Disdik) Riau.
Ia berkonsentrasi pada pendidikan dan karakter para remaja di Riau, khususnya di sekolah-sekolah dan lingkungan.
"Kasus bullying sebenarnya selalu ada bahkan tanpa kita sadari terkadang keluar dari mulut kita atau orang terdekat kita. Bullying pada remaja lagi marak-maraknya apalagi ketika mencari jati diri," terang calon mahasiswa Psikolog di salah satu universitas di Bandung ini.
Menurut Bitha, kasus bullying terjadi ketika seorang anak melihat dirinya juga teman di sekelilingnya untuk membawa pengaruh pada kepribadiannya.
Mulai membandingkan teman yang satu ke teman yang lain termasuk ke diri sendiri dan demikian terus terjadi.
Bullying bisa merusak self confidence pada diri remaja yang terkena bullying.
Disinilah peran orangtua, pemerintah, dan dibantu organisasi terkait untuk masuk ke remaja-remaja melalui pendidikan karakter.
Walau masih banyak yang menganggap sepele dan tidak peduli, tapi harus tetap berusaha memberi asupan positif pada diri korban bullying.
Sebab, bullying tidak sama dengan occasional conflict.
Setiap anak memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara pantas dan wajar.
Bullying sangat memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter anak apalagi remaja yg sedang mencari jati dirinya.
"Saya dan rekan-rekan dan organisasi lain membuar kegiatan seperti konseling, trauma healing, dan lain-lain. Bekerjasama juga dengan lembaga perlindungan anak," tandasnya.
Secara pribadi, cewek cantik kelahiran Siak 27 Maret tahun 2000 ini lebih mengayomi dan menjadi sahabat bagi semua teman remajanya sejak mengemban Duta Remaja, termasuk melalui Media Sosial (Medsos).
Apalagi kurikulum di sekolah saat ini lebih menguatkan pendidikan karakter sejak dini.
Saat ini remaja di Riau banyak yang kurang percaya pada dirinya sendiri dan kurang sadar untuk semangat melanjutkan pendidikan ke yg lebib tinggi.
Ia berharap setiap anak bisa menjadi dampak positif dan tidak harus menjadi seorang duta atau orang terpandang untuk bisa berbagi, peduli, dan sharing kepada orang-orang di sekitarnya.
Ketertarikan anak pertama dari empat bersaudara ini terhadap duta Remaja berawal ketika Disdik Riau mencari Duta Remaja ke sekolah-sekolah.
Untuk mengembangkan pariwisata berbasis pendidikan juga ekonomi kreatif.
Bitha beberapa rekannya dari sma 9 mewakili sekolah untuk seleksi bersama perwakilan daerah lainnya.
Tahapan mulai seleksi berkas, test minat bakat, wawancara ia jalani dengan mulus.
Selama masa karantina ia mendapatkan bekal pengetahuan yang banyak.
Akhirnya, ia dinobatkan pada malam final pemilihan Duta Remaja.
SISWI SMP di Pekanbaru Riau Alami BULLY dan Pelecehan Seksual oleh Temannya, Area Sensitif Dipegang. (Tribunpekanbaru.com/Fernando Sikumbang/Guruh Budi Wibowo/Johannes Wowor Tanjung)