Indragiri Hilir
Buahan Beracun yang Digemari untuk Dijadikan Makanan, Tumbuhnya Liar di Tepi Sungai
Buah yang tumbuh liar di pinggiran Sungai Reteh dan Gangsal ini, menjadi idola setelah diolah menjadi manisan.
Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: Ariestia
Buahan Beracun yang Digemari untuk Dijadikan Makanan, Tumbuhnya Liar di Tepi Sungai
TRIBUNPEKANBARU.COM, TEMBILAHAN – Buahan ini mungkin masih terasa asing bagi masyarakat umumnya.
Namun saat ini, buah yang tumbuh liar di pinggiran Sungai Reteh dan Gangsal ini, menjadi idola setelah diolah menjadi manisan.
Dikenal sebagai Buah Pele Kambeng, tanamannya tumbuh liar di tepi sungai.
Mungkin juga tidak ada yang mengira buah ini juga berbahaya dan memiliki racun sebelum diolah menjadi manisan.
Buah pele kambeng menurut masyarakat memang nama yang sengaja diberi nama demikian.
Baca: KRONOLOGI Penemuan 12 Siswa SMK Kehutanan Pekanbaru Setelah 20 Jam Tersesat di Hutan TNBT Riau
Alasannya, masyarakat memang tidak mengetahui nama latinnya dan buah tersebut mirip dengan pele kambeng.
Perlu keahlian khusus dalam mengolah buah pele kambing menjadi manisan yang lezat dan digemari.
Menurut, Mohd Daud, seorang masyarakat Desa Pasar Kembang, Kota baru yang ikut mengembangkan manisan buah pele kambeng di Kecamatan Keritang, memang tidak ada sejarah khusus mengenai buah ini.
Hanya saja sejak dulu terdapat masyarakat yang pandai mengolah dan menurunkan keahlian tersebut kepada keluarganya.
“Rasanya seperti manisan biasa tak ubahnya seperti betik (pepaya) lebih kurang seperti itu kalau rasanya. Ini turun temurun dan tidak semua orang bisa mengolahnya. Direndam dengan kapur makan untuk menghilangngkan racun. Karena kalau tidak memang kenak racun kita,” imbuh Mohd Daud yang juga mantan Pj. Kepala Desa (Kades) Pasar Kembang, Kota Baru, Kecamatan Keritang ini.
Baca: Lomba Kebaya Kartini Masa Kini di Mal Pekanbaru Buat Para Mama Zaman Now
Efek bila terkena racun buah pele kambeng, dikatakan Mohd Daud layaknya seperti saat terkena penyakit muntah berak (muntaber).
“Sakit perut (mencret), kepala pusing, kalau tidak kita hilangkan racunnya. Untuk proses menghilangkan racun hingga menjadi manisan butuh waktu, Karena dia itu direndam dengan kapur sekitar 2 hari,” jelas pria yang akrab disapa Daud ini.
Meskipun telah menjadi panganan di Desa Pasar Kembang, namun keberadaan manisan buah pele kambeng pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat pada saat MTQ Desa Pasar kembang pada tahun 2016.
“Coba tampilkan di MTQ Desa, kita coba kembangkan pertama itu habis sekitar 15 kg,” ucap Daud.