Berita Riau

Kisah Petugas PLG Minas Menghalau Gajah Liar, Rela Jauh dari Keluarga dan Berlebaran di Kebun Sawit

habitat gajah liar ini semakin lama semakin tergerus dengan adanya aktifitas pembukaan lahan untuk perkebunan dan perumahan yang juga semakin masif.

Penulis: Rizky Armanda | Editor: CandraDani
Istimewa
Petugas PLG Minas dan BBKSDA Riau saat bersiaga untuk menghalau gajah agar tak masuk ke kebun warga di Rumbai, beberapa waktu lalu. 

Tak jarang mereka harus berjaga hingga subuh. Setelah itu istirahat, lalu kembali bertugas saat memasuki sore hari.

Baca: WWF Sebut 75 Persen Habitat Gajah Liar di Riau Tergerus Berubah Fungsi Menjadi Lahan Konsensi

Widodo mengaku, dia juga jarang pulang ke rumah. Waktunya kini lebih banyak terkuras di lapangan untuk menghalau gajah, ketimbang dengan keluarga.

"Ya pasti ada susahnya lah, tapi kita kasih pengertian kepada keluarga. Kadang giliran dengan kawan, sudah satu minggu, kita gantian," ucapnya.

Sementara itu diungkapkan Widodo, keberadaan gajah liar yang masuk ke areal perkebunan ini, awalnya dilaporkan oleh warga setempat.

"Jadi setiap ada laporan, jam berapa pun kami tetap berangkat. Meski pun tengah malam," tuturnya.

Keterbatasan personel, peralatan, hingga kurangnya kerjasama dari warga kata Widodo, menjadi kendala dalam upaya menghalau gajah ini.

Dia dan rekan-rekannya pun terpaksa melakukan cara manual, dengan peralatan seadanya seperti mercun dan senter.

Baca: Masuk Pemukiman di Inhu Riau, 3 Gajah Liar Asyik Berendam di Belakang Pasar, 4 Lainnya Makan Sawit

Menurut Widodo, terkadang dia dan teman-teman pun bingung, hendak digiring ke mana satwa bertubuh besar dan dilindungi ini.

Pasalnya, habitat gajah liar ini semakin lama semakin tergerus dengan adanya aktifitas pembukaan lahan untuk perkebunan dan perumahan yang juga semakin masif.

"Jadi salah satunya dengan mengikuti jalurnya. Mempercepat gerak mereka, supaya tidak menyerempet ke kebun warga. Setidaknya kita mengurangi dampaknya," ulasnya.

"Tapi kalau sistem kita hadang, kita arahkan ke mana, masih enak. Ya utamanya paling ke Tahura. Tapi jaraknya kan jauh jadi agak repot. Di Tahura pun juga terbatas," sambung Widodo lagi.

Baca: Tim BKSDA Tiba di Peranap Inhu Riau, Dua Ekor Gajah Jinak Jadi Didatangkan Evakuasi Gajah Liar

Widodo memaparkan, 11 gajah liar ini, pada dasarnya memang berasal dari kantong Tahura. Dulunya, jalur jelajah gajah ada di desa-desa dekat lokasi tersebut.

"Pergerakannya sampai Bencah Kelubi, Garuda Sakti Km 9, Km 11, Km 16, Kota Garo. Nanti mutar lagi dia. Tapi sekarang jalurnya sudah banyak perkebunan, perumahan. Jadi mau tidak mau harus berkonflik," terangnya.

Jarak ke Tahura itu dijelaskan Widodo, jika ditarik garis lurus bisa 5 Km sampai 6 Km, bahkan bisa lebih.(Tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved