Serang TNI yang Sedang Siaga, KKB Egianus Kogoya Kocar-kacir Berhamburan di Nduga Papua
KKB Egianus Kogoya kocar-kacir setelah menyerang Pos TNI di mana anggoanya sedang bersiaga.
Dia menunjuk kejadian baru-baru ini ketika anak-anak pengungsi melarikan diri begitu melihat tentara datang ke tempat pengungsian mereka.
Hipolitus yang juga peneliti pada Marthinus Academy menjelaskan, jumlah pengungsi yang meninggal itu merupakan data akumulasi yang dikumpulkan sejak Desember 2018 hingga 16 Juli 2019.
Sementara itu, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Harry Hikmat membantah adanya pengungsi yang meninggal dunia.
"Dinas Sosial Kabupaten Wamena menyatakan hingga saat ini belum menerima laporan korban meninggal dunia," kata Dirjen Harry seperti dilaporkan Kantor Berita Antara, Senin (22/7/2019).
Tim Solidaritas untuk Nduga dan Relawan Kemanusiaan di Wamena menyebutkan sejak empat bulan terakhir, bantuan makanan untuk pengungsi sudah dihentikan karena persediaan semakin menipis. (Hipolitus Wangge: Istimewa)
Menurut Hipolitus, data jumlah pengungsi yang meninggal itu dikumpulkan sendiri oleh relawan yang bertugas di Wamena selama delapan bulan terakhir.
"Dari berbagai tempat pengungsian, hanya di Wamena satu-satunya yang ada tim relawan kemanusiaannya. Tim ini sebagian besar orang Nduga sendiri sehingga ada kedekatan bahasa dengan pengungsi," jelasnya seraya menambahkan, orang Nduga memiliki bahasa tersendiri yang berbeda dengan orang Papua lainnya.
Bantahan dari Pemerintah Indonesia, menurut Hipolitus, wajar saja sebagai sikap reaksioner karena mereka hanya mendapatkan laporan dari aparat pemerintah daerah maupun dari pihak militer.
"Para pengungsi di Wamena lebih mempercayai relawan kemanusiaan yang sama bahasanya, sedangkan aparat Pemerintah Indonesia selama 8 bulan ini kemana saja?" katanya.
Menurut dia, para pengungsi di tempat lain seperti di Jayawijaya serta yang melarikan diri ke hutan juga tidak terdata berapa jumlah yang meninggal sejak operasi gabungan TNI/Polri berlangsung di Nduga.
Sementara titik pengungsian di Wamena, menurut laporan Relawan Kemanusiaan, berada di 36 titik, sehingga satu honai (rumah tradisional) bisa menampung hingga ratusan jiwa.
"Para pengungsi di Wamena lebih mempercayai relawan kemanusiaan yang sama bahasanya, sedangkan aparat Pemerintah Indonesia selama 8 bulan ini kemana saja?" (Hipolitus Wangge: Istimewa)
Laporan investigasi juga menyebut adanya penangkapan terhadap empat pengungsi yang dicurigai terkait dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Egianus Kogeya.
"Tim investigasi juga menemukan warga sipil yang meninggal, termasuk dua anak usia sekolah yang ditembak di Mbua, salah satu wilayah di Nduga. Sejumlah warga yang tertembak mengalami luka yang menyebabkan kematian mereka," kata laporan ini.
Secara terpisah juru bicara Kodam Cendrawasih Kolonel Muhammad Aidi menyebut laporan investigasi dari Tim Solidaritas sebagai "hoaks".
