Kopaska
VIDEO KISAH Kopaska, Komando Pasukan Katak, Hantu Laut yang Jago Dalam Menyamar
Kisah satu ini pastinya buat perompak yang pernah membuat Indonesia gaduh menjadi malu oleh satuan elit TNI AL, Komando Pasukan Katak atau Kopaska.
Seperti tambak-tambak lainnya, ‘tambak’ GAM ini juga ada ikan, bambu-bambu penyekat tambak, kapal-kapal kecil, dan lainnya.
Kembali ke cerita penyergapan ini, tawar menawar uang tebusan dilakukan lewat telepon yang telah disadap.
Baca: Kisah Kopassus Kepalanya Nyaris Tertembak Saat Diserang KKB Papua, Lolos Berkat Semut Merah (Video)
Baca: Idjon Djanbi, Komandan Kopassus Pertama, Eks Tentara Belanda & Mualaf yang Berjuang Untuk Indonesia
Baca: VIDEO - Pasukan Khusus TNI Angkatan Laut , Denjaka yang Piawai di Darat dan Jago di Laut
Penyadapan inilah yang menjadi kunci keberhasilan operasi.
Kopaska bekerja sama dengan salah satu operator telekomunikasi di Jakarta untuk membantu penyadapan tersebut.
Salah seorang anggota tim Kejar di ujung telepon berpura-pura sebagai pihak operator kapal.
Saat negosiasi berlangsung nomor yang dipakai penyandera terlacak masih berada di kawasan Perlak.
Semula GAM meminta tebusan antara Rp 250 juta – Rp 500 juta namun kemudian keduanya sepakat akan menebus nahkoda dan KKM kapal dengan uang sebesar Rp. 60 juta dan akan ditransfer secara bertahap lewat sebuah bank BUMN.
“Awalnya kami mau antar sendiri uangnya, tapi mereka tidak mau, takut ditipu. Jadinya kami transfer Rp. 20 juta dulu lewat bank di Lhoksumawe,” tutur Kopral Satu (Koptu) Totok yang saat itu menjadi salah satu anggota tim Kejar berpangkat Kopral dua.
Setelah sepakat, si ‘operator kapal’ yang sebenarnya anggota Tim Kejar menghubungi kembali si penyandera untuk memberi tahu bahwa uang telah ditransfer dan dapat diambil.
Saat itu tim lain di Jakarta yang bertugas mengawasi penyadapan telepon mendeteksi lokasi nomor tersebut sudah berpindah ke kawasan Lhoksumawe.
Artinya, si anggota separatis ini sudah mendekati bank. Tepat seperti yang diharapkan!
Merasa kesempatan tidak datang 2 kali, Tim Kejar Kopaska langsung berkoordinasi dengan pihak bank dan membagi tugas.
Satu anggota tim langsung berganti peran menjadi teller bank, sedangkan anggota tim lainnya menyamar menjadi nasabah.
Waktu terus berjalan, anggota tim mulai cemas, jangan-jangan buruannya keburu tahu kalau dirinya masuk jebakan.
Di tengah rasa khawatir yang menggantung di hati, tiba-tiba orang yang ditunggu-tunggu datang.
Ia masuk dengan santai, Tim Kejar juga berusaha keras untuk memainkan perannya bak pemain teater, si Teller melayani layaknya Teller, dan si nasabah berlagak layaknya nasabah.
