Kepulauan Riau
1.844 Balita di Kepulauan Meranti Menderita Stunting, Jika Tak Ditangani Ini Dampaknya
Diskes Kepulauan Meranti mencatat 1.844 balita menderita stunting atau masalah gizi kronis di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Ariestia
Berbagai upaya juga diakui Hasrin sudah dilakukan untuk mengantisipasi stunting di Kepulauan Meranti.
"Salah satunya pemberian vitamin dan tablet penambah darah bagi ibu hamil," ujar Hasrin.
Selain itu, dikatakan Hasrin, melalui Puskesmas dan Posyandu juga rutin melakukan pemeriksaan, baik kepada ibu hamil ataupun Balita.
"Di Posyandu, kita tingkatkan pelayanan, seperti penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak," kata Hasrin.
Baca: 36 Lempeng Baja yang Dicuri dari Jembatan Siak IV Pekanbaru Dijual Rp 125 Ribu Per Buah oleh Maling
Baca: STORY - Jadi Tukang Urut Panggilan Demi Biayai Kuliah, Mahasiswa di Riau Bertekad Raih Gelar Sarjana
Selain itu, bidan desa diminta agar turun ke lapangan untuk melihat kondisi Balita, hasil pantauan, kemudian dilaporkan ke dinas, melalui masing-masing Puskesmas.
"Seandainya waktu hamil sudah melaksanakan pemeriksaan minimal 4 kali, insya Allah bayi itu akan sehat saat lahir, balita yang masuk kategori stunting kita berikan makanan tambahan agar asupan gizi terpenuhi," tambahnya.
Jika tak ditangani dengan baik, maka stunting akan memengaruhi pertumbuhan hingga dewasa.
Tidak cuma dampak fisik saja, anak-anak stunting akan mengalami hal-hal diantaranya, kesulitan belajar, kemampuan kognitifnya lemah, mudah lelah dan tak lincah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Selain itu, risiko untuk terserang penyakit infeksi lebih tinggi, risiko mengalami berbagai penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lain-lain) di usia dewasa.
Ketika dewasa nanti, bahkan dilaporkan bahwa anak pendek akan memiliki tingkat produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. (Tribunpekanbaru.com/Teddy Tarigan)