Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Berita Riau

Suling Air Gambut untuk Diminum,Rela Tak Digaji Padamkan Karhutla,Suka Duka MPA Rawa Mekar Jaya Riau

MPA di Kabupaten Siak selalu menjadi garda terdepan dalam memadamkan karhutla. Padahal, mereka tidak mendapatkan gaji.

Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nurul Qomariah
istimewa
Masyarakat Peduli Api (MPA) Kampung Rawa Mekar Jaya makan nasi bungkus saat berada di lokasi karhutla di sekitar kampung mereka beberapa waktu lalu. 

TRIBUNSIAK.COM, SIAK - Masyarakat Peduli Api (MPA) di Kabupaten Siak selalu menjadi garda terdepan dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Padahal, mereka tidak mendapatkan gaji

MPA ini awalnya bernama Forum Masyarakat Peduli Api (FMPA), semacam masyarakat desa yang dibekali cara pertama penanggulangan karhutla, dengan peralatan sederhana.

Mereka bergerak secara sukarelawan yang diberi tanggungjawab terhadap desa masing-masing.

Dalam menghadapi karhutla yang masif, kadang anggota MPA harus menginap di lokasi sampai tiga malam.

Biasanya mereka juga bergabung dengan kelompok lain yang lebih terkoordinir, baik timnya maupun peralatannya.

Meski demikian, keberanian dan kepiawaian anggota MPA tidak bisa diremehkan. Kadang mereka lebih tahu dengan lokasi karhutla dan menguasai seluk beluk lokasi.

"Banyak suka duka menjadi anggota MPA. Sukanya ya ada kekompakan, saling menguatkan dan menjaga. Dukanya ya kadang bermalam di lokasi meninggalkan anak istri," kata Setiono, Ketua MPA Kampung Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Minggu (15/9/2019).

Baca: KISAH Pemadam Kebakaran Hutan & Lahan di Riau: Bertemu Harimau, King Kobra Hingga Sarang Tawon

Baca: STORY: Makan 2 Bungkus Mie Instan Berlima, Suka Duka TNI dan Tim Padamkan Karhutla di Inhil Riau

Selama berjuang memadamkan api, nyawa mereka menjadi taruhannya. Turun ke hutan yang terbakar sejatinya tidak hanya menghadapi jalaran api semata.

Seisi hutan terancam karena kebakaran itu, sehingga tidak menutup kemungkinan hewan-hewan buas stres dan mencari lokasi yang aman dari kobaran api.

"Selama ini memang belum pernah kejadian kita berhadapan langsung dengan hewan buas. Tetapi kemungkinan untuk selalu bertemu sangat terbuka," kata dia.

Lahan gambut juga sulit dideteksi pada malam hari. Anggota MPA bisa saja terperosok di lubang gambut yang bagian atasnya tertutup rapat.

Selain itu, bila memadamkan api dengan tidak mengenal arah angin bisa -bisa anggota MPA yang terjebak dalam kobaran api.

"Kita mau jadi anggota MPA ini sebenarnya untuk menjaga kampung kita sendiri," sebut dia.

Baca: INFO CPNS September 2019: Jadwal Pendaftaran, Berkas hingga Peluang lulusan S2-S3

Baca: Download MP3 Lagu Ed Sheeran & Justin Bieber I Dont Care: Ada Video Lirik I Dont Care

Baca: ISPU Tunjukkan Level Berbahaya Kabut Asap di Inhu, Libur Sekolah Masih Dilanjutkan

Selama bertahun-tahun menjadi garda terdepan memadamkan api di kampungnya, peralatan mereka tetap saja masih minim.
Hanya punya pompa mesin Robin. Itupun menggunakan uang pribadinya untuk membeli bahan bakar.

Perlengkapan pribadi semacam sepatu karet dibeli dengan anggaran patungan.

"Ya, seperti itu sudah biasa, yang penting tetap semangat, mencoba bertarung sekuat tenaga," kata dia.

Menurut Setiono dan kawan-kawannya, menjadi anggota MPA merupakan kebanggaan, menjalani misi kemanusiaan.

Untuk menjalani misi itu pihaknya tidak mengeluh perihal gaji, upah atau bahkan peralatan dan perlengkapan sekalian.

"Kalau masalah makan, apa adanya saja. Kadang ada makanan kadang tidak ada. Air gambut pun bisa kami suling untuk diminum saat berada di lapangan," kata dia.

Banyak tantangan yang dihadapi MPA bersama Satgas Karhutla lain, seperti TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD, dan pihak perusahaan.

Terperosok ke dalam lahan gambut yang terbakar, sering dialami dirinya dan anggota MPA lainnya.

"Memadamkan api karhutla, bukan untuk diri kami sendiri, tapi untuk seluruh masyarakat Riau," kata dia.

Pada musim jerebu seperti sekarang, Setiono menghindari berdebat tentang hal-hal tidak penting. Ia dan rekan-rekannya hanya fokus saja pada pemadaman.

"Kami minta hentikan saling menghujat di media sosial, lihatlah kami dan Satgas Karhutla sudah berjuang, setidaknya sesuai kemampuan kami," kata Setiono.

Lakukan Konservasi di Lokasi Terbakar

Anggota MPA Kampung Rawa Mekar Jaya harus pintar mencari penghasilan karena tidak digaji.

Kalau tidak mempunyai penghasilan dari kreatifitas, anggota MPA kebanyakan mundur.

MPA Kampung Rawa Mekar menghasilkan uang dari usaha membuat ekowisata mangrove, pembibitan kayu alam dan mangrove, serta madu.

"MPA bisa tidak hanya memadamkan api saja, tapi bagaimana melakukan konservasi terhadap hutan dan lahan yang terbakar. MPA siap membantu pemerintah, mengembalikan fungsi lahan yang terbakar melalui konservasi dan reboisasi," ungkap Setiono.

Setiono merupakan pegiat lingkungan dari Kecamatan Sungai Apit, Siak. Ia masuk menjadi nominator penerima penghargaan Kalpataru kategori Pembina Lingkungan dari KLHK 2019.

Padahal, awalnya ia merupakan seorang pembalak liar, kemudian insaf dan berkeinginan menebus kesalahannya dengan cara menyelamatkan lingkungan di pesisiran.

Masuk sebagai nominator Kalpataru ini tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Pengabdian Setiono sudah sangat luar biasa untuk lingkungan.

Bersama masyarakat, Setiono berjuang menyelamatkan kawasan pesisir di seputaran tempat tinggalnya yang kondisinya mulai rusak akibat penebangan liar.

Ia merintis area pesisir rawan lingkungan tersebut menjadi area konservasi dan edukasi bagi pelajar, mahasiswa, dan pemerhati lingkungan.

"Saya ini adalah bekas dari pembalak liar. Pada tahun 2013 saya baru menyadari betapa penting kayu dan tumbuhan bagi kehidupan kita. Awal 2014 saya mulai membibit kayu mangrove sejenis bakau dan mulai menanam bibit bakau tersebut di lahan yang bekas illegal logging itu. Sampai saat ini saya ingin menjadi garda terdepan dalam mengatasi persoalan lingkungan," urai Setiono. (Tribunpekanbaru.com/mayonal putra)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved