Citizen Report
Pentingnya Membangun Kesadaran Membaca di Keluarga
Dalam persoalan meningkatkan literasi, khususnya membaca sebagai langkah awal, keluarga menjadi wadah yang paling ampuh
Pentingnya Membangun Kesadaran Membaca di Keluarga
Oleh Firmauli Sihaloho
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Tingkat literasi Indonesia, khususnya minat membaca masih tergolong rendah. Dilansir dari Kompas.com, penelitian yang dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan UNESCO pada tahun 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Bahkan, hasil studi yang bertajuk "The World’s Most Literate Nations" itu merilis Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana.
Hal serupa juga ditemukan berbagai lembaga lainnya, semacam Program for International Student Assessment (PISA) pada 2015 menyebut Indonesia ranking 62 dari 70 negara, Central Connecticut State University (CCSU) pada 2016 yang menempatkan Indonesia berada di ranking 60 dari 61 negara.
Berbagai hasil penelitian ini tentu harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya pemerintah saja. Masyarakat harus menyadari pentingnya membaca untuk menambah wawasan serta meningkatkan kualitas hidup.
Dalam persoalan meningkatkan literasi, khususnya membaca sebagai langkah awal, keluarga menjadi wadah yang paling ampuh. Sebab, semua proses kehidupan dimulai dari keluarga. Oleh sebab itu, perlu diciptakan lingkungan dan suasana gemar membaca di keluarga.
Orangtua sebagai pemegang kemudi, harus menyadari sedari awal bahwa tantangan yang akan dihadapi oleh anaknya kelak, jauh lebih berat ketimbang masa sekarang ini. Ringkasnya, berikut 4 alasan utama mengapa orangtua harus segera membangun kesadaran membaca di lingkungan keluarga.
1. Membaca Langkah Meraih Kesuksesan
Beberapa kali mengunjungi rumah orangtua teman atau senior yang menurut saya telah sukses dalam meniti karir, saya mendapatkan satu pandangan yang sama, yakni rak buku dengan jumlah mencapai ratusan buku. Beragam judul bercetak tebal terlihat jelas dan bisa saya baca dari jarak sekitar 5 meter. Mulai novel, biografi, filsafat dan jenis buku lainnya berjejer rapi.
Pemandangan serupa juga saya jumpai ketika mewawancarai beberapa narasumber setara Kepala Cabang di Pekanbaru. Selalu ada dua hingga lima buku yang saya lihat di ruang kerja mereka. Umumnya, buku biografi, manajemen dan berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Visual yang sama juga dijumpai pada beberapa kisah kehidupan tokoh-tokoh besar dunia. Rata-rata, mereka memiliki satu kesamaan, yaitu hobi membaca.
Tokoh Perempuan asal Amerika Serikat, Oprah Winfrey misalnya. Dia mengaku sudah mulai membaca sejak usia 3 tahun dan berhasil keluar dari jeratan masa lalu yang berat berkat membaca.
Lalu ada Elon Musk, sosok dibalik kemajuan teknologi masa mendatang ini memiliki ketertarian membaca buku Fiksi ilmiah. Bahkan, saat muda, Musk dikabarkan bisa menghabiskan waktu hingga 10 jam sehari untuk membaca novel-novel sci-fi. Dari situ, Musk kemudian mendapatkan ide-ide untuk produk Tesla, terutama soal roket. Dan banyak lagi cerita kesuksesan seorang tokoh dari kebiasaan membaca.
Dari cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca tidak hanya memperkaya referensi tapi menjadi faktor penunjang seseorang dalam meraih prestasi dan kesuksesan.
Baca: Senin Ini Genap 10 Tahun, Padang Mengenang Gempa Dahsyat 30 September 2009
Baca: Status Darurat Pencemaran Udara di Riau Berakhir Senin Besok, Apa Diperpanjang?
2. Menangkal Hoaks
Hasil studi minat membaca Indonesia di awal tadi menjadi cermin terhadap kondisi kekinian masyarakat Indonesia, terlebih pada satu tahun belakangan ini. Bagaimana kabar bohong atau hoaks merebak di jejaring media sosial dan banyak warga yang percaya begitu saja. Mereka berani mengambil kesimpulan tanpa melakukan proses cross check.
Tidak hanya itu, kecenderungan warganet Indonesia saat ini ialah begitu cepatnya menulis tanggapan atas suatu pemberitaan di kolom komentar sebelum membacanya hingga tuntas.
Hasilnya, kolom komentar di akun-akun informasi seperti media kerap disesaki pandangan-pandangan yang miskin analisis dan bersifat subyektif. Bahkan, tak jarang berakhir dengan hujatan dan cacian.
3. Memanfaatkan Perhatian Pemerintah
Pemerintah telah berupaya sejak 10 tahun terakhir mengentaskan permasalahan pendidikan di Indonesia. Yakni dengan mengalokasikan dana untuk pendidikan itu sebesar 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dimana, anggaran ini terus mengalami kenaikan; pada 2009 anggaran pendidikan di APBN tercatat Rp 153 triliun, kemudian pada 2013 naik menjadi Rp 419 triliun, 2018 naik lagi menjadi Rp 444 triliun dan pada tahun ini sebesar Rp 492,555 triliun.
Namun, berangkat dari fenomena literasi kekinian di Indonesia, khususnya minat membaca, tentu jauh panggang dari api. Anggaran ini seperti sia-sia begitu saja.
Sebagaimana yang digambarkan Penulis Buku Kang Maman, hanya ada dua tempat paling sepi di Indonesia, yakni kuburan dan perpustakaan. Padahal, beragam fasilitas dan program literasi telah disediakan pemerintah.
Atas persoalan tersebut, semakin sia-sia rasanya jika kita hanya sibuk mencari siapa yang patut disalahkan. Akan tetapi, lebih bijak untuk membicarakan solusi kedepannya agar Indonesia semakin maju dan disegani dunia. Apalagi pemerintah mencanangkan Indonesia Emas pada 2045 mendatang.
Baca: Cical Hanya Bisa Selamatkan Farel, Revan Keburu Tenggelam Terseret Arus Sungai Subayang Kampar Riau
Baca: Sempat Dikira Boneka, Seorang Nenek Temukan Cucunya Tewas di Bak Mandi, Tak Disangka Pelakunya
4. Indonesia & Bonus Demografi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia sedang mendapatkan bonus demografi hingga tahun 2036 mendatang. Artinya, saat ini penduduk usia produktif antara 15 tahun hingga 64 tahun lebih banyak dibandingkan usia non produktif, dibawah usia 15 tahun dan diatas usia 64 tahun.
Bonus Demografi yang didapat Indonesia sudah seharusnya segera dimaksimalkan. Mengutip Kompas.com, Presiden Joko Widodo menyebut pada 2020-2030 jumlah penduduk usia produktif di Indonesia akan mencapai 52 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Jumlah penduduk usia produktif tersebut menjadi modal bagi Indonesia menyongsong Indonesia emas pada 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka.
"Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah, jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik," kata Jokowi.
Bonus ini perlu diketahui keluarga, khususnya orangtua dalam memperiapkan masa depan putra-putri mereka. Bagaimana persaingan kedepannya akan lebih sengit. Tentu butuh persiapan yang matang agar mampu bertahan dan bisa mengikuti perkembangan.
Membudayakan Gemar Membaca di Keluarga
Memulai gerakan membaca di keluarga bisa dilakukan dengan berbagai hal sederhana. Banyak penelitian yang menyarankan alternatif-alternatif untuk merangsang minat membaca di keluarga. Seperti mendongeng.
Walau terkesan kuno, dogeng faktanya menjadi langkah awal bagi seorang anak untuk membaca. Melalui dogeng, anak akan diajak berimajinasi terhadap jalannya suatu cerita.
Penulis buku anak dari Australia, Mark Greenwood menjelaskan ada lima manfaat dongeng. Mengasah imajinasi, menjadikan manusia lebih kreatif, membuat gemar membaca, membantu mengasah cara berkomunikasi, serta mengasah kemampuan menulis. Kelima manfaat itu adalah cara efektif dalam menumbuhkan budaya literasi yang dapat dilakukan dalam keluarga.
Kemudian, tradisi baik ini merangsang minat membaca. Pasalnya, saat mendengarkan dongeng, ada rasa penasaran dengan keseluruhan cerita atau hal lain yang berkaitan dengan dongeng tersebut. Oleh karena itu, pendengar nantinya akan mencari buku dan berbagai sumber yang berkaitan untuk mengatasi rasa penasaran tersebut.
Sementara itu, berdasarkan penelitian The Melbourne Institute of Applied Economic and Social Research dan Program for International Student Assessment (PISA), theconversation.com menyarankan beberapa kiat untuk memulai gerakan literasi di keluarga.
1. Jangan menunggu.
Bacakan apa saja cerita dengan nyaring kepada anak anda sejak masih bayi. Sebab, anak-anak menjadi terbiasa dengan suara anda dan nada bahasa yang Anda gunakan saat pendengaran mereka berkembang.
2. Bagikan cerita saat momen makan bersama.
Hal ini bisa dimulai dengan memberikan pertanyaan seperti, coba ceritakan, apa saja yang kamu lakukan hari ini bersama teman-teman kamu?. Bercerita lisan menjadi jembatan untuk memulai menulis.
3. Rekam di ponsel Anda atau tulis cerita yang diceritakan anak Anda.
Coba ubah cerita mereka tersebut menjadi buku, animasi, atau tayangan slide lalu perlihatkan.
Dengan begitu, mereka akan melihat transformasi kata-kata yang diucapkan menjadi kata-kata tertulis.
Melalui proses ini, cerita mereka akan ditinjau kembali untuk memperkuat pembelajaran kata-kata, struktur cerita, dan tata bahasa.
4. Bicara tentang pengalaman mereka.
Misalnya, minta mereka untuk menggambarkan sesuatu yang telah mereka lakukan, lihat, baca atau dengar. Penelitian menunjukkan bahasa lisan anak-anak mendukung perkembangan literasi mereka, dan sebaliknya.
5. Literasi dalam permainan anak-anak Anda.
Misalnya, bantu mereka mengikuti instruksi untuk membuat sesuatu, seperti permainan puzzle dalam menyusun menu pizza yang sesuai dengan gambar. Dengan demikian, anak-anak akan terlibat dengan berbagai teks.
6. Buku
Untuk bayi dan balita, mulailah dengan buku-buku bergambar, binatang, dan hal-hal keseharian yang dilengkapi dengan beberapa kata yang mengundang interaktivitas, seperti kalimat pertanyaan.
7. Bicara tentang kata-kata yang diperhatikan anak-anak.
Pastikan kata-kata itu masuk akal bagi anak-anak. Bicarakan tentang seperti apa bentuk kata-kata, pola, huruf, dan bunyi apa yang dihasilkannya.
Proses ini membangun keterampilan pengenalan kata dan pemahaman tentang arti kata-kata dalam konteks.
8. Libatkan anak-anak Anda dalam kegiatan keseharian anda yang berkaitan dengan literasi
Misalnya, jika Anda membuat daftar belanja, anak-anak Anda dapat membantu membuatnya dengan Anda.
Jelaskan apa yang Anda lakukan dan undang partisipasi anak-anak, contoh saya akan ke pasar untuk membeli beberapa keperluan, lalu menuliskan nama-nama belanjaan.
Anak-anak dapat terlibat secara bermakna dengan membuat teks dan melihat bahwa tulisan ini ada dalam kehidupan mereka.
9. Gunakan perpustakaan
Pemerintah telah menyediakan perpustakaan dengan fasilitas yang lengkap agar kegiatan memabca bisa berlangsung dengan nyaman.
Oleh karena itu, disarankan orangtua agar membawa keluarganya mengunjungi perpustakaan untuk membaca bersama minimal sekali seminggu.
Yang terpenting, pastikan pengalaman ini berlangsung dengan menyenangkan, menghibur dan mendorong keterlibatan aktif anak-anak.
