Ternyata, Ampas Tebu Bisa Diolah Hingga Bernilai Tinggi
Ampas tebu yang kerap dijumpai di tempat-tempat pembuangan sampah itu ternyata bisa menghasilkan jam dinding yang unik.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kemana ampas tebu berakhir setelah airnya habis diperas?
Sebagian mungkin dipakai untuk makanan ternak. Sebagian lagi dibuang atau dibakar.
Namun, di tangan dosen serta mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau (Umri), ampas tebu yang kerap dianggap tak bernilai itu justru punya banyak manfaat.
Dari ampas yang kerap kita jumpai di tempat-tempat pembuangan sampah itu, mereka bisa menghasilkan jam dinding yang unik.
Bahkan, kini jam dinding itu banyak peminatnya dan telah dipasarkan luas.
Pemanfaatan ampas tebu menjadi benda bernilai jual itu kini juga diproduksi oleh 20 penghuni Pondok Tahfidz Quran di bawah naungan Lazismu.
Kegiatan itu dilakukan dosen dan mahasiswa Umri dalam rangka Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang dibiayai Kemenristek Dikti.
PKM itu diketuai oleh Sri Fitria Retnowati, S.Si, MT yang juga menjabat Wakil Rektor I Umri.
Sementara, sebagai anggotanya adalah dua dosen Umri, Deni Astri dan Yerri Badrun dibantu sejumlah mahasiswa.
Baca: Tiga Anak Presiden Masuk Radar Calon Menteri Jokowi-Maruf, Ada Nama Yenny Wahid
“Pondok Tahfidz ini dipilih karena menjadi sasaran penyaluran zakat yang dijalankan Lazismu. Dimana, bantuan itu diberikan lewat pendidikan keahlian tahfidz Quran. Mereka direkrut dari keluarga kurang mampu lalu tinggal di pondok tersebut selama setahun,” kata Sri Fitria, Selasa (8/10/2019).
Setelah setahun “mondok” di sana, mereka kemudian pulang kembali ke lingkungannya.
Tapi, karena mereka berlatar ekonomi tidak mampu, hal ini justru membuat biaya kebutuhan keluarga meningkat.
Melihat masalah itulah Umri terdorong memberikan keterampilan pada para lulusan Pondok Tahfidz.
Dengan harapan, keterampilan tersebut menjadi bekal mereka menghidupi diri.
Baca: Setiap Program Rp 3,9 Juta, Baznas Salurkan Zakat ASN Pemko Pekanbaru
Bahkan mereka diharap bisa melanjutkan pendidikan dengan modal keterampilan tersebut.
Dijelaskan Sri Fitria, anak-anak Pondok Tahfidz itu diajarkan mengolah ampas tebu menjadi papan partikel.
“Pemilihan bahan ini karena melihat banyaknya pedagang es tebu yang tak memanfaatkan ampasnya. Bahkan mereka berterimakasih jika sampahnya diambil,’ ujar Sri Fitria.
Setelah diambil, serat tebu dijemur, diblender kemudian dioseng hingga jadi serbuk.
Selanjutnya, serbuk itu dicetak sesuai bentuk yang diinginkan dengan lem khusus.
Selanjutnya diamplas hingga halus.
Papan partikel ini sudah diuji berbagai tindakan.
Bahkan kualitasnya diklaim lebih kuat dan ringan dibandingkan kayu.
Di langkah awal, papan partikel itu dimanfaatkan untuk dijadikan bahan jam dinding.
Alasannya adalah hasil analisis kebutuhan yang tim dosen lakukan.
“Dalam satu rumah saja jam dindingnya bisa sampai dua hingga empat unit. Artinya, jam dinding ini sangat dibutuhkan masyarakat,” kata dia.
Selain dibantu bahan dan perangkat pengolahan, para siswa pondok juga dibantu memasarkan produk mereka melalui jalur online.
Bahkan, nama JST yang merupakan akronim jam serat tebu sudah dipatenkan.
Meski demikian, Sri Fitria mengakui mendapat kendala saat proses produksi.
Khususnya ketika harus memproduksi secara massal.
Karena, harus membutuhkan penggiling tebu yang lebih besar.
Selanjutnya mesin cetak yang tercatat dalam badan standar internasional.
Sehingga kualitasnya terjaga.
Saat ini, tambahnya, alat produksi diserahkan tim ke Pondok Tahfidz Quran Lazismu.
Sehingga proses produksi tetap dilakukan di pondok tersebut meski peserta pelatihan sudah lulus.
Kemudian, tim PKM juga masih menyusun standar operasional prosedur (SOP) sesuai kemampuan peserta.
SOP itu, tambahnya, sangat dibutuhkan agar proses produksi terjadwal dan hasilnya terstandarisasi.
Proses penyusunan SOP juga dilakukan oleh tim PKM.
Kemudian, hal yang masih dilakukan yaitu menetapkan quality control produk dan memastikan produksi bisa cepat serta tepat waktu.
“Jika memang sudah baik, maka pemasaran besar-besaran dapat dilakukan,” kata Sri Fitria.
Dijelaskan dia, tahun ini, di Umri Kemenristek Dikti mendukung sejumlah program pengabdian dari segi dana.
Di antaranya menerima 2 program PKM, 2 PKM Stimulus, 1 Program Pengembangan Kewirausahaan Kampus dan 1 program KKN/PKM. (*)
