Bersekongkol dengan Kekasih Gelapnya, Wanita Ini Simpan Sabu Dalam Bra, Dituntut 3,5 Tahun Penjara
Akibat menyimpan sabu dalam branya, wanita ini akhirnya diciduk dan harus mendekam dalam jeruji bese bersama sang kekasih gelapnya.
Bersekongkol dengan Kekasih Gelapnya, Wanita Ini Simpan Sabu Dalam Bra, Dituntut 3,5 Tahun Penjara
Akibat menyimpan sabu dalam branya, wanita ini akhirnya diciduk dan harus mendekam dalam jeruji bese bersama sang kekasih gelapnya.
TRIBUNOEKANBARU.COM, MEDAN - Bersekongkol dengan Kekasih Gelapnya, Wanita Ini Simpan narkoba jenis Sabu Dalam Bra, Dituntut 3,5 Tahun Penjara.
Terdakwa Nirmala Heriyanti Alias Fani harus rela dituntut penjara 3,5 tahun akibat memakai sabu di daerah Jalan Mongonsidi, Medan Polonia.
Terdakwa bersama-sama kekasih gelapnya Zulham Efendi Nasution juga dituntut hukuman yang sama di Pengadilan Negeri Medan, Selasa (12/11/2019).
Bahkan sebelum digerebek, perempuan 22 tahun tersebut sempat menyembunyikan sabu yang dipakainya di dalam pakaian dalam (BH).
Setelah dituntut Majelis Hakim yang diketuai Sapril Batubara mempersilahkan keduanya untuk mengajukan nota pembelaan (pleidoi).
Dalam pembelaannya, terdakwa Nirmala berharap hukumannya diringankan karena memiliki 4 orang anak.
"Saya menyesal pak, saya mohon keringanan karena saya masih memiliki anak 4 orang yang harus dibiayai. Saya sudah pisah dengan suami, sekarang anak-anak saya dirawat di rumah mertua saya," cetusnya.
Saat ditanya apakah para terdakwa adalah pasangan suami-istri, namun keduanya berbeda pendapat. Terdakwa Zulham mengakui bahwa Nirmala adalah istrinya, namun Nirmala malah tidak mengakui.
Hal itu sontak membuat Majelis Hakim bingung dan menanyakan apa yang sebenarnya.
Akhirnya terdakwa Zulham menjelaskan bahwa dirinya sudah memiliki istri dan dua orang anak. "Saya sudah punya dua anak Yang Mulia, dan istri. Saya mohon keringanan," cetusnya.
Usai mendengarkan keduanya, Majelis Hakim menunda persidangan dengan agenda putusan pada pekan depan.
Dalam dakwaan Jaksa, disebutkan bahwa keduanya ditangkap pada tanggal 13 Juni 2019 sekira pukul 23.30 Wib bertempat di Jalan Mongonsidi tepatnya di depan RM Geprek Bensu Kota Medan.
"Awalnya saksi Polsek Medan Baru, Wesly Butar-butar, Johanes Purba dan Syamzurizal mendapat informasi bahwa memiliki narkotika jenis sabu di Jalan Mongonsidi, Kota Medan," tutur Jaksa.
Lalu para personil langsung menuju ke tempat yang dimaksud untuk melakukan penyelidikan dan ketika kedua terdakwa berada di depan RM Geprek Bensu para saksi langsung melakukan dan penggeledahan terhadap kedua terdakwa.
Saat penggeledahan ditemukan barang bukti berupa 1 buah pipet warna putih yang telah dimodifikasi menjadi sekop dari Zulham sedangkan dari Nirmala ditemukan barang bukti berupa 1 bungkus plastik klip berisi narkotika jenis sabu-sabu berat netto 0,58.
"Dimana sebelumnya disimpan Nirmala didalam BH (bra atau pakaian dalam) lalu Nirmala memberikannya kepada para polisi," tutur Jaksa.
Setelah diintrogasi kedua terdakwa mengakui bahwa kedua terdakwa membeli narkotika jenis sabu-sabu tersebut dari DIKA (DPO) seharga Rp.500.000.
Bahwa terdakwa tidak ada memiliki izin dari pihak yang berwenang dalam memiliki, menyimpan dan menguasai Narkotika jenis sabu-sabu, sehingga terdakwa beserta barang bukti dibawa ke Polsek Medan Baru guna diproses lebih lanjut.
(vic/tribunmedan.com)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Simpan Sabu Dalam Bra, Wanita Ini Dituntut 3,5 Tahun Bersama Kekasih Gelapnya
========================
Usai Tangkap Anak Gembong Narkoba, Anggota Polisi Ini Berakhir Tewas Mengenaskan, Dihujam 155 Peluru
Eduardo menjadi anggota Kepolisian Nasional sejak 2013, dengan jabatan terakhir yang diembannya adalah di bawah Wakil Menteri Keamanan.
Otoritas lokal menyatakan, mereka masih menginvestigasinya.
Hingga saat ini, belum diketahui dari kelompok mana si penyerang itu
TRIBUNPEKANBARU.COM - Nasib tragis dialami oleh anggota polisi yang membantu menangkap anak gembong narkoba El Chapo di Meksiko.
Anggota polisi elite bernama Eduardo tersebut tewas mengenaskan di luar pusat perbelanjaan yang berlokasi di Kota Culiacan, Meksiko.
Eduardo tewas setelah diberondong tembakan sebanyak 155 kali.
Dilaporkan Daily Mirror Kamis (7/11/2019). Berdasarkan media lokal, Eduardo adalah polisi elite anggota operasi yang diluncurkan Culiacan untuk menangkap Ovidio, dan mengekstradisinya ke AS.
Ovidio ditangkap pada 17 Oktober oleh pasukan keamanan di sebuah gedung.
Namun, penangkapannya membuat Culiacan menjadi "medan perang".
Sebabnya, pengikut kartel Sinaloa menyerang sehingga kedua kubu baku tembak selama berjam-jam, sebelum Ovidio akhirnya dilepaskan.
Dalam video yang beredar, nampak sebuah mobil merah mengikuti mobil putih yang dikemudikan Eduardo hingga ke tempat parkir luar pusat perbelanjaan.
Kemudian dari dalam mobil merah keluar dua pria menenteng senapan serbu, dan secara brutal menyerang Eduardo di mana dia tewas ditembak 155 kali.
Para pelaku kemudian langsung kembali masuk ke dalam mobil dan melarikan diri.
Eduardo menjadi anggota Kepolisian Nasional sejak 2013, dengan jabatan terakhir yang diembannya adalah di bawah Wakil Menteri Keamanan Publik Meksiko Carlos Alberto Hernandez Leyva.
Tidak dijelaskan apakah saat itu, Eduardo tengah bertugas.
Meski ketika kejadian, diketahui dia membawa senjata dalam kendaraannya.
Menteri Keamanan Publik Cristobal Castaneda Camarillo dan Hernandez Leyva datang dan memimpin langsung proses penyelidikan.
Otoritas lokal menyatakan, mereka masih menginvestigasinya. Hingga saat ini, belum diketahui dari kelompok mana si penyerang itu. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polisi Elite yang Tangkap Anak Gembong Narkoba El Chapo Tewas Ditembak 155 Kali",.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Polisi yang Tangkap Anak Gembong Narkoba Meksiko El Chapo Tewas Mengenaskan, Diberondong 155 Peluru
=======
Gembong Narkoba Tiap Hari Penggal dan Mutilasi Warga
TRIBUNPEKANBARU.COM, Negara Meksiko terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki gembong narkoba kelas kakap.
Tidak hanya meraup uang dari bisnis barang haram tersebut, mereka juga kerap menghabisi nyawa, melakukan pembantaian dan mutilasi banyak orang setiap hari juga warga setempat saat terjadi perang narkoba.
Korban mereka tidak hanya gerombolan sesama pengedar, lenih dari itu, mereka juga membunuh sampai dengan memutilasi wanita hamil, anak-anak dan orang tak bersalah lainnya.
Dari kisah ini, mungkin kita patut bersyukur tinggal di Indonesia.
Sebab negara kita ini memiliki tingkat kejahatan yang lebih rendah dibandingkan Meksiko.
Melansir Daily Mirror Senin (14/10/2019), penduduk Meksiko harus menerima kenyataan pahit ketika perang narkoba berkecamuk.
Negara yang banyak dikuasai oleh gembong narkoba itu telah hidup dalam kekerasan dan berada pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Baru-baru ini, bos karter Namesio Cervantes memerintahkan pembunuhan pada wanita hamil dan bayi sebagai bagian dari perang narkoba yang kini tengah berlangsung.
Cervantes dikenal sebagi El Mencho, kini berada di daftar puncak orang paling dicari AS dan kepalanya di hargai 7,9 juta poundsterling (Rp140 miliar).
Pasalnya kekerasan geng yang disebabkan oleh perang narkoba meningkat di luar kendali.
Bahkan menurut pejabat setempat, kekerasan dan serangan itu telah berada di tingkat pandemi.
Berbicara tentang geng El Mencho, Kartel Generasi Baru Jalisco (CJNG), agen Administrasi Penegakan Narkoba Kyle Mori mengatakan,"Mereka sangat kejam."
"Pemenggalan kepala, melarutkan tubuh dalam asam, eksekusi publik, merobek hati, membunuh wanita dan anak-anak, pemboman terhadap orang-orang," katanya.
Menurut agen rahasia, selama ini gembong narkoba dikatakan bersembunyi di pegunungan.
Banyak orang telah menjadi korban kekejaman mereka.
Bulan lalu 44 orang hilang, banyak dari mereka adalah wanita yang ditemukan tewas di sumur di negara bagia Jalisco.
Penemuan itu dilakukan di jantung wilayah Jalisco setelah masyarakat setempat mencium bau busuk, dan mendapati kantong plastik.
Tak disangka kantong tersebut berisi jasad manusia yang telah dipotong-potong dan dimasukan ke dalam 119 kantong plastik hitam.
Metode brutal itu digunakan bahkan standar bagi geng narkoba di Meksiko, di mana kartel terlibat dalam pemenggalan dan penyiksaan.
Pembunuhan wanita sebelumnya dilarang oleh Kartel.
Namun tampaknya mereka mulai mengabaikan aturan tersebut.
*Menelisik Kekejaman Gembong Narkoba di Meksiko, Tiap Hari Penggal dan Mutilasi Banyak Orang
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/bersekongkol-dengan-kekasih-gelapnya-wanita-ini-simpan-sabu-dalam-bra-dituntut-35-tahun-penjara.jpg)