Pantun Melayu
Pantun Melayu Penuh Makna & Pesan Mendalam, Cocok Untuk Bahan Pidato dan Ceramah
Di masa lampau, Karya Pantun Melayu itu, merupayakan bagian karya seni dalam tradisi bertutur.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Ilham Yafiz
Pantun Melayu Penuh Makna & Pesan Mendalam, Cocok Untuk Bahan Pidato dan Ceramah
TRIBUNPEKANBARU.COM - Di masa lampau, Karya Pantun Melayu itu, merupayakan bagian karya seni dalam tradisi bertutur.
Menurut Pakar Budaya Melayu Riau, Almarhum DR Tennas Effendi, pada mulanya, Pantun Melayu disampaikan dari lisan ke lisan.
Kata-kata yang dirangkai tak hanya indah untuk didengar, namun juga penuh dengan makna.
Selanjutnya, Pantun Melayu itu berkembang dari satu puak ke puak yang lain, dan diwariskan secara turun temurun.
Pada dekade 90-an, Pantun Melayu Sempat meredup dan kehilangan bunyi.
Rangkaian-rangkaian kata indah Pantun Melayu seolah hilang ditelan bumi.
Namun kini, Pantun Melayu kembali digalakan. Materinya digunakan sebagai bahan materi ajar di sekolah-sekolah.
Bahkan, acapkali juga Pantun Untuk Bahan Pidato yang kerap digunakan oleh para pejabat pemerintahan.
Lebih dari itu, para Dai dan Ustaz juga kerap menjadikan Pantun Melayu sebagai materi syiar agama yang mereka sampaikan.
Salah seorang Da'i atau Ustaz Kondang yang kerap menyelipkan Pantun Melayu dalam ceramah-ceramahnya adalah Ustaz Abdul Somad.
Secara sederhana, pantun dimaknai sebagai jenis puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empak baris serta memiliki sampiran dan isi.
Pantun umumnya memiliki ciri khas berupa rima yang tertata.
Rima atau yang juga biasa disebut dengan sajak adalah kesamaan bunyi yang terdapat dalam puisi.
Khusus untuk pantun, memiliki ciri khas yang begitu kuat, yakni rimanya adalah a-b-a-b.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/pameran-warisan-budaya-perpustakaan-soeman-hs_20170807_150546.jpg)